Pihak Komnas PT foto bersama mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang. (foto: inayah)

Tebuireng.online– Kunjungan dari Komnas PT (Komisi Nasional Pengendalian Tembakau) pada hari Jumat (2/5/2023) berlangsung di aula lantai 1 gedung Yusuf Hasyim Tebuireng Jombang. Kedatangan Komnas PT tersebut ke Tebuireng yaitu ingin berdiskusi dengan mahasantri terkait pengendalian tembakau dan penggunaan rokok yang semakin banyak.

Hasbullah Thabrany, tim dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia menyampaikan dalam forum terkait jumlah perokok yang sangat tinggi.

“Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan jumlah dan prevalensi merokok yang sangat tinggi, data IFLS (Indonesia Family Life Survey) 2014 menunjukkan hampir 32% populasi merupakan perokok aktif, sedangkan prevalensi merokok usia muda mengalami peningkatan signifikan selama kurun waktu 1993-2014,” ucapnya.

Diskusi berlangsung sangat luar biasa, para peserta sangat aktif dan antusias dalam menanggapi pembahasan ini, mereka sama-sama memperkuat pendapat mereka masing-masing. Disatu sisi yang mendukung para pecinta rokok dan disisi lain yang tidak suka terhadap orang pecandu rokok.

“Berdasarkan data deskriptif IFLS 2007 dan 2014, kami menemukan bahwa anak-anak dari orang tua perokok (perokok kronis) memiliki pertumbuhan berat badan (secara rata-rata) lebih rendah 1,5 kg dibandingkan anak-anak dari orang tua bukan perokok,” tambahnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurutnya, selain itu anak-anak dari keluarga perokok juga memiliki pertumbuhan tinggi badan (secara rata-rata) lebih rendah 0,34 cm jika dibandingkan dengan anak-anak. dari keluarga bukan perokok. Gambaran ini merupakan bukti sederhana bahwa perilaku merokok orang tua memiliki dampak terhadap stunting Berbagai literatur menunjukkan bahwa kondisi stunting berkaitan erat dengan kecerdasan anak.

“Selain itu, perilaku merokok orang tua memiliki kaitan erat dengan jebakan kemiskinan. Pengeluaran rokok di masa lalu terkait dengan kemiskinan di masa mendatang. Peningkatan pengeluaran rokok sebesar 1% (butir persen/percentage point akan meningkatkan probabilitas rumah tangga menjadi miskin naik sebesar 6%,” jelasnya.

Hal ini dikarenakan, lanjutnya, pengeluaran rokok menyebabkan rumah tangga menggeser pengeluaran yang sifatnya produktif dan investasi sumber daya manusia. Dalam ringkasan eksekutif prilaku merokok orang tua dan dampaknya terhadap “stunting” dan jebakan kemiskinan yang disusun.

Pewarta: Inayah