Tebuireng.online— Putra pertama KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), yaitu Gus Irfan Wahid (Gus Ipang) bersama Ibu Nyai Farida Wahid,Gus Billy Wahid, dan Ning Aca Wahid secara simbolis menyerahkan bantuan dana yang awalnya (tertera) 2.5 miliar, menjadi 3.5 miliar kepada Rektor Unhasy untuk pembangunan gedung Rektorat Unhasy.
“Sebentar, saat saya melihat angka ini (2.5 miliar), rasanya kami malu pada Gus Sholah. Sehingga kami sepakat untukmenambah menjadi 3.5 miliar,” ungkap Gus Ipang saat penyerahan secara simbolis di atas panggung.
Hal itu disampaikan dalam acara peringatan haul ke-4 Gus Sholah sekaligus peletakan batu pertama gedung Rektorat Unhasy, pada Ahad (11/2/2024) malam di lapangan utama Unhasy. Pada kesempatan itu, Gus Irfan memberikan sambutan atas nama keluarga.
“Semoga dengan penambahan gedung rektorat baru Unhasy, dapat berkembang sebagai universias yang setara dengan universitas-universitas besar seperti UIN, UNESA dan seterusnya,” ungkapnya Gus Ipang.
Menurut Gus Ipang, setiap haul ayahnya mereka (keluarga besar) berupaya memberikan hal-hal baru yang berkaitan dengan mimpi dan cita-cita Gus Sholah.
“Bagi kami tidak cukup dengan sekadar baca tahlil, mengenang kehebatan Gus Sholah. Menurut kami harus lebih dari itu, karena itulah kami memberanikan untuk menjadikan setiap haul ada sesuatu yang kesinambungan yang dimilki oleh Gus Sholah,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Rektor Unhasy, Prof. Haris Supratno mengapresiasi dan menyambut bahagia atas bantuan yang sudah diberikan oleh keluarga Gus Sholah. Pada malam itu, Prof. Haris juga bersaksi atas keresahan, perjuangan, dan keikhlasan Gus Sholah dalam membangun Unhasy.
“Pembangunan Unhasy ini lahir dari keresahan Gus Sholah atas kelanjutan pendidikan santri di pesantren. Beliau punya keinginan keras untuk mendirikan universitas dalam rangka untuk meningkatkan pendidikan santri,” ungkap Prof. Haris di hadapan ratusan hadirin.
Hal itu lanjutnya, pembangun universitas ini untuk meningkatakan kualitas pendidikan pada umumnya dan terutama untuk membantu para pemuda para tamatan SLTA sederajat yang pada umumnya kurang mampu dari segi ekonomi sehingga bisa kuliah di daerah masing-masing tidak jauh dari rumahnya.
Pewarta: Inka