sumber gambar: youtube.com

Oleh: Rara Zarary*

Waktu ke waktu adalah penghabisan bagi hidupku. Setiap kali aku ingin terbangun matahari selalu menyadarkan betapa semua yang kumau telah purna kau bawa berlalu.

Rumah-rumah telah rata dengan tanah, bunga-bunga gugur direnggut panjang kemarau, dan kamu telah nyata berpaling di hadapan seorang aku yang malang.

Setiap aku bertanya padamu tentang kita, kau mendengus meletakkan bara ke dalam dada. Ada yang harus berakhir katamu, harapan aku. Sedang aku masih merasa terlalu dini untuk kita masing-masing menjadi orang asing.

Aku melihat diriku telah menjadi abu. Hanya angin yang bisa membawa pergi, mungkin kamu yang mampu membuat wujudku kembali. Namun siapalah aku kini yang sudah lenyap dari hatimu, terganti dengan pecahan janji-janji baru.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hari-hari mengusir piluku. Degub rindu memorakperandakan hatiku. Bernyanyi di antara pagi dan senja untuk perayaan kekalahan yang telah retas dari segala duga.

Dari tempat yang jauh. Dari jarak antara aku dan kamu yang tak bisa tersentuh. Ada hal yang perlu kita selesaikan hari ini. Tak perlu ada masa lalu antara kau dan aku.

Kita hanyalah kemustahilan ilusi dari keindahan diksi-diksi. Kita selesai di sini.

Aku telak kalah pada takdir. Bagimu ini hanya kesalahan yang tak perlu kembali hidup pada kelahiran-kelahiran baru. Cukup aku dan kamu.

*Alumnus Pondok Pesantren An-Nuqayah Sumenep Madura.