Silatnas ke-6 Ikatan Alumni Syam Indonesia (AlSyami) di Hotel al-Munawwarah Asrama Haji Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat-Ahad (9-1/03/2018). (Sumber foto: tribunnews.com)

Tebuireng.online— Konflik di Suriah atau Syam tidak kunjung selesai, bahkan semakin rumit dan komplek. Negeri yang sarat akan sejarah dan peradaban bangsa itu, kini hancur, rusak, tidak stabil, penduduknya mengungsi dan banyak jiwa meninggal sebab perang. Tak mau hal itu terjadi di Indonesia, Pengurus Pusat Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) mengajak masyarakat untuk menggerakkan moderasi agama.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu Alsyami, M. Najih Ramadhan yang mengajak tokoh-tokoh agama untuk mengokohkan gerakan moderasi agama. Alsyami yang menghimpun eks-pelajar dan mahasiswa Suriah asal Indonesia telah menyelenggarakan silaturrahim nasional (Silatnas) ke-6 di Hotel al-Munawwarah Asrama Haji Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat-Ahad (9-1/03/2018). Acara tersebut diikuti oleh 250 alumni Suriah dari seluruh Indonesia, membahas isu-isu strategis keagamaan (diniyah), kebangsaan (wataniyah), dan kemanusiaan (insaniyah).

Dalam Silatnas itu, telah disepakati sembilan rekomendasi yang akan disampaikan kepada masyarakat Indonesia.  Adapun sembilan rekomendasi tersebut, sebagai berikut:

Pertama, mengajak tokoh-tokoh agama, utamanya yang pernah belajar di Timur Tengah, untuk meningkatkan dan mengokohkan gerakan moderasi agama yang rahmatan lil ‘alamin, dan secara bersama-sama memerangi pemikiran ekstrem dan radikal, termasuk segala tindak kriminal berbungkus atau mengatasnamakan agama, terutama ujaran kebencian dan hasutan melakukan kekerasan, yang mengkhianati nilai-nilai luhur keagamaan dan kemanusiaan.

Kedua, menyerukan kepada masyarakat untuk selektif memilih guru atau mempersepsi ulama/ustadz dan bersikap hati-hati dalam menerima informasi keagamaan yang bersumber dari media sosial/internet, karena pembelajaran agama yang sempurna adalah yang didapat dari guru yang bersanad secara talaqi, dan informasi keagamaan harus merujuk sumber-sumber yang otoritatif dengan memperhatikan konteks kultural masyarakat setempat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ketiga, menyarankan ormas-ormas Islam untuk memperkuat jejaring Islam Wasathy (moderat) yang merupakan jalan al sawad al a’dzam (mayoritas) umat Islam dunia, memperhatikan perkembangan aliran keagamaan dan mengembangkan sistem respon dini terhadap ideologi aliran keagamaan yang membahayakan akidah, persatuan dan kesatuan bangsa.

Keempat, meminta kepada pemerintah untuk bersikap tegas mengatasi persoalan radikalisme dan tidak tunduk kepada tekanan kelompok radikal. Karena itu, diperlukan langkah yang komprehensif, termasuk dengan memperkuat payung hukum penanganan radikalisme-terorisme, dengan tetap mengedepankan pendekatan kemanusiaan.

Kelima, menghimbau praktisi politik untuk berhenti menggunakan sentimen agama dalam pertarungan politik praktis, karena dampaknya yang amat destruktif dan dapat mengoyak kelangsungan hidup bangsa.

Keenam, meminta kepada pemerintah untuk proaktif dalam menyikapi dinamika geopolitik negara-negara mayoritas muslim, terutama krisis Yaman, selain Palestina, Rohingya, dan Suriah. Selain itu juga, mendukung Arab Saudi untuk kembali ke Islam moderat dan mengajaknya bekerjasama mewujudkan dialog yang sehat dengan aktor negara regional untuk perdamaian dan harmoni Timur Tengah.

Ketujuh, mengingatkan masyarakat untuk tidak sembarangan menyalurkan donasi ke lembaga yang mengaku akan menyalurkannya kepada masyarakat tertimpa krisis atau konflik. Teliti kredibilitas, reputasi dan prosedur penyalurannya. Penyaluran donasi ke lembaga yang salah hanya akan menguntungkan lembaga penerima dan berpotensi menjadi sumber pendanaan konflik.

Kedelapan, memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan ke Suriah melalui kemitraan dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Damaskus dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus, Suriah, di bawah koordinasi Ade Widodo (+6287873661717).

Kesembilan, menegaskan posisi Alsyami sebagai mitra strategis pemerintah dalam membangun dan merawat umat dan bangsa.


Pewata:             Rif’atuz Zuhro

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin