Sumber gambar: www.ummizuni.com

Assalamualaikum Wr.Wb

Saya ingin bertanya kasus yang saya alami terkait masalah shalat jamaah. Di tempat saya tinggal, baru saja selesai dibangun musholla dan sudah mulai digunakan, akan tetapi pemilihan imam seolah sepihak dan sebenarnya itu bukan masalah, tetapi masalahnya kemudian ketika saya berjamaah di belakang imam, saya mendengar imam tersebut dalam melafadkan niat tidak seperti yang saya ketahui, sebagaimana saya dapat di sekolah maupun pesantren, kurang lebih niatnya seperti ini “usholli jama’ati (missal) isya’I rak’ataini fardha lillahi ta’ala”. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana hukum shalat jamaah tersebut, dalam hal ini saya sebagai makmum tetap berniat sebagaimana mestinya yang saya dapat dari sekolah maupun madrasah.

Apakah shalat jamaahnya tetap sah?

Ahmad, Surabaya


Waalaikumussalam, Wr.Wb

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saudara Ahmad yang dirahmati oleh Allah…

Kata imam berasal dari akar kata أم – يؤم – إماما  yang dalam bahasa Arab bermakna pemimpin. Menurut istilah kata imaam bermakna pemuka/pemimpin dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam. Sedangkan imam dalam konteks shalat merupakan sebutan bagi seseorang yang berada di barisan paling depan dari barisan para jamaah dan memimpin shalat berjamaah.

Dalam shalat, salah satu yang menjadi rukun yang apabila tidak dipenuhi adanya maka shalat menjadi tidak sah ialah niat. Adapun niat antara imam dan makmum dalam shalat terdapat perbedaan. Adapun imam maka dia berniat menjadi imam sedangkan makmum berniat menjadi makmum.

Terkait dengan pertanyaan, lantas bagaimanakah jika imam tidak berniat menjadi imam atau salah menyebutkan beberapa unsur shalat yang hendak didirikan seperti rokaat atau yang lainnya?

Hal tersebut tidak menjadi masalah serta tidak mengganggu sahnya shalat. Sebab, kesalahan dalam sesuatu yang tidak disyaratkan untuk ditentukan maka tidak bahaya, seperti menentukan tempat shalat, waktu dan jumlah rakaat shalat. Adapun yang terkait dengan niat menjadi imam, jika demikian maka shalat jamaah tetap dianggap sah, namun imam tidak mendapat pahala shalat berjamaah.

Sebagaimana keterangan yang terdapat dalam beberapa kitab berikut;

الموسوعة الفقهية الكويتية (42/ 76)

وأضاف ابن نجيم: الخطأ فيما لا يشترط التّعيين له لا يضرّ كتعيين مكان الصّلاة وزمانها وعدد الرّكعات، فلو عيّن عدد ركعات الظّهر ثلاثا أو خمسا صحّ لأنّ التّعيين ليس بشرط فالخطأ فيه لا يضرّ.

Kesalahan dalam sesuatu yang tidak disyaratkan untuk ditentukan maka tidak bahaya, seperti menentukan tempat shalat, waktu dan jumlah rakaat shalat, jika seseorang menentukan jumlah rakaat shalat Dhuhur ada 3 atau 5 maka shalatnya sah, karena menentukannya bukan merupakan syarat dan ketika salah rakaatnya maka tidak masalah.

مغني المحتاج (1/ 149)

ولا تجب نية استقبال القبلة ولا عدد الركعات في الأصح فيهما ولكن تسن خروجا من الخلاف ولو غير العدد كأن نوى الظهر ثلاثا أو خمسا لم ينعقد وفرضه الرافعي في العالم وقضيته أنه لا يضر في الغلط ومقتضى قولهم أن ما وجب التعرض له جملة يضر الخطأ فيه أنه يضر لأن الظهر يشتمل على العدد جملة فيضر الخطأ فيه وهذا هو الظاهر.

Dan tidak wajib niat menghadap qiblat dan niat jumlah rakaat shalat menurut qoul ashoh, akan tetapi hukumnya sunnah karena keluar dari khilafnya ulama yang mewajibkan, dan apabila seseorang merubah jumlah rakaat seperti niat shalat Dhuhur 3 rakaat atau lima maka hukumnya tidak sah.

فقه العبادات – شافعي (ص: 398)

أما نية الإمامة في حق الإمام فهي مستحبة قبل الدخول في الصلاة وأثناءها فإن نواها قبل الدخول في الصلاة حصل على فضيلة الجماعة أما إن نواها أثناء الصلاة فيحصل على فضل الجماعة من حين أن نوى ولا يكره له ذلك لأنه لا يصير نفسه تابعا في هذه الحال لكن لا تنعطف نيته على ما قبلها. وإن لم ينوها صحت صلاة الجماعة إلا أنه لم يحصل هو على فضلها وإن حصل ذلك لمن خلفه إذ ليس للمرء إلا ما نوى.

Niat menjadi imam bagi seorang imam itu hukumnya sunnah sebelum shalat dan di tengah-tengah shalat, apabila dia niat sebelum shalat maka dia mendapatkan fadhilah jamaah.

Apabila seseorang itu tidak niat menjadi imam maka shalat jamaahnya sah dan dia tidak mendapatkan fadhilah jamaah, dan bagi orang yang niat jamaah maka mendapatkan fadhilah jamaah. Adapun makmum tetap bisa berniat seperti biasanya.

 Wallahu A’lam.

Sekian keterangan dari kami, semoga bermanfaat.


Dijawab oleh: Ustadzah Nailia Maghfiroh dan Ustadz M. Idris, Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.