sumber: https://www.youtube.com/watch?v=hhQlq4Q8RIU

Oleh: Silmi Adawiya*

Ulama sepakat terhadap haramnya daging babi dan seluruh bagian dari tubuhnya. Bahkan dalam Ahkam Al-Qur’an disebutkan bahwa lemak babi pun haram hukumnya. Allah berfirman dalam QS An-Nahl ayat 115:

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Lebih jelasnya lagi, Ibnu Katsir mengatakan dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzhim bahwa memakan daging babi diharamkan, baik yang mati secara disembelih ataupun mati dalam keadaan tidak wajar. Lemak babi juga haram, sebagaimana keharaman atas dagingnya. Karena penyebutan daging dalam ayat tersebut disebutkan secara global (aghlabiyah), dan hukumnya diambil dengan jalan qiyas (analogi).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kebanyakan orang menanyakan alasan kenapa babi diharamkan? Kita sebagai orang beriman yang bijak, hendaknya tetap patuh dengan kebijakan yang telah Allah buat. Mengingat firmah Allah QS An-Nur ayat 51:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Seyogyanya manusia tidak harus mengetahui hikmah yang terkandung dari apa yang dilakukan Allah. Manusia hanya berkewajiban untuk membenarkan dan beriman kepada Allah. Dialah yang mengetahui mana yang terbaik untuk ciptaannya. Oleh karena itu, cukuplah kita percaya jika larangan atas suatu hukum mengandung madharat (bahaya) bagi kita. Allah berfirman QS Al-Anbiya ayat 23:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai”.

Namun satu pelajaran yang bisa petik, untuk tidak menjadi seperti babi. Hidupnya yang malas, kotor dan rakus. Begitu joroknya babi, ia sampai memakan kotorannya sendiri. Bahkan makanan yang akan dimakan kadang dikencengin terlebih dahulu sebelum disantapnya. Rakusnya babi bisa dilihat dari sikapnya yang sering memuntahkan makanannya dari perutnya, kemudian dimakan kembali. Demikian itu demi memuaskan kerakusannya.

Minimal dengan adanya babi, mengingatkan manusia untuk tidak malas, hidup bersih dan tidak rakus. Sebagaimana Allah menggunakan babi sebagai perumpamaan kaum terdahulu yang dikutuk karena buruk perbuatannya. Dalam QS Al-Maidah ayat 60 disebutkan:

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَٰلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ ۚ أُولَٰئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?”. mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus”.

Banyak fakta ilmiah yang membuktikan bahwa daging babi berbahaya bagi tubuh manusia. Dari banyaknya pembuktian tersebut, kita semakin mengerti maksud kenapa Allah mengharamkan babi. Di antaranya daging babi merupakan rumahnya cacing pita. Sehingga jika mengomsumsinya memiliki resiko terkena infeksi cacing pita (sistiserkosis).

Selain itu, daging babi juga penyebab utama kanker anus dan kolon. Bisa dilihat dari prosentase penderita kanker anos dan kolon meningkat drastis pada Negara-negara yang mayoritas pendudukya memakan babi. Terutama di Negara-negara Eropa, Amerika, Cina dan India. Sedangkan Negara-negara muslim, prosentasenya sangat rendah.


*Alumnus Unhasy dan PP Walisongo Cukir dan kini menempuh pendidikan S2 di Pascasarjana UIN Jakarta