Sambutan Wakil Pengasuh PEsantren Tebuireng, KH, Abdul Hakim Mahfudz membuka pelatihan teknik dasar pengambilan gambar oleh Ali Mudrik Ahmad pada Sabtu (30/03/2018). (Foto: Amin Zen)

Tebuireng.online— Di era milenial sekarang ini,  di mana sosial media dan perkembangan teknologi informasi begitu masif dan digandrungi banyak orang, santri dituntut untuk kreatif dalam mendakwahkan Islam. Pesantren Tebuireng ingin ikut ambil bagian dalam peran ini, salah satunya dengan mendirikan Rumah Produksi Tebuireng.

“Rumah produksi ini didirikan atas perintah pengasuh KH. Salahuddin Wahid langsung untuk mengembangkan minat dan bakat santri sekaligus dakwah Islam,” ungkap Co. Produser Rumah Produksi Tebuireng, Ustadz Amin Zen.

Hal itu ia sampaikan saat menyampaikan sambutan dalam Bedah Film dan pelatihan teknik dasar pengambilan gambar di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng pada Sabtu (30/06/2018). Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara Rumah Produksi Tebuireng dan BBS TV Surabaya.

Dalam kesempatan itu, ia juga memperkenalkan beberapa produksi Rumah Produksi Tebuireng yang sebelumnya bernama BaGusS Productions. “Seluru kru yang bekerja oleh santri Tebuireng, mahasiswa dan dosen Unhasy. Kita ada Kopi Ireng (Komunitas Photography Tebuireng),” jelas pria asal Gresik itu.

Pelatihan teknik dasar pegambilan gambar ini diisi oleh Manager Siaran BBS TV, Ali Mudrik Ahmad. Nantinya dalam waktu dekat Rumah Produksi Tebuireng ini akan memproduksi dua film pendek terkait dengan pesantren dan kemerdekaan serta radikalisme. Film-film tersebut juga telah mendapatkan tawaran disiarkan di beberapa stasiun televisi nasional dan akan disensor oleh Lembaga Sensor Film (LSF).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Membuka acara acara tersebut, Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin menjelaskan bahwa sudah saatnya pesantren ikut andil dalam dakwah via teknologi informasi seperti memproduksi film dan video. Gus Kikin menjelaskan tentang beberapa fase pergeseran fungsi media.

Menurut Gus Kikin, media, dalam hal ini televisi dan film, pada awalnya memang menjadi sarana hiburan. Kemudian, bergeser menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya. Setelah itu, media berfungsi untuk mempengarui budaya bangsa lain. Sampai pada 2008, muncul vudeo streaming berkenaan dengan munculnya gadget.

“Ketika kita melihat film-film barat, terutama film Amerika, tak terasa kita telah dipengaruhi oleh budaya mereka. Sering kali pikiran kita (cenderung) menerima apa yang kita lihat,” ungkap pemilik BBS TV tersebut.

‌Untuk itu, lanjut Gus Kikin, masyarakat pesantren harus bergeser dari penonton yang dipengaruhi menjadi pemain yang mempengaruhi dengan hal-hal yang positif. “Dalam berkarya kita harus ‌memperhatikan sebab sebaik-sebaiknya, usaha maksimal, dan menperhatikan sisi positifnya,” pungkas beliau.


Pewarta: MAR

Editor: Aros

Publisher: M. Abror Rosyidin