Bagaimana uang diciptakan? Mengapa ia memiliki arti yang begitu penting? Apakah ia membuat bahagia? Bagaimana nasib uang di masa depan?.
Dengan kecerdasan dan kecermelangannya, Yuval Noah Harari mampu membuat bahasa dan bahasan sejarah yang –seringkali– hambar menjadi gahar, terbukti dengan trilogi karyanya yang viral dan menjadi bestseller (Sapiens, Homo Deus, dan 21 Lesson of 21 Century).
Harari bukan hanya menceritakan fakta sejarah, dia juga menarasikannya bak karya sastra yang mempesona. Peristiwa demi peristiwa dia gambarkan dengan narasi yang menggugah selera. Pikiran dan imajinasi pembaca diajaknya berkelana, lalu dibuat penasaran tentang kelanjutan setiap babnya.
Bukunya kali ini membahas tentang uang, asal usulnya kenapa ia sampai “disakralkan”, serta nasibnya di masa depan. Kertas berwarna yang mampu membuat –mayoritas– manusia rela melakukan apa saja.
Hakikat uang adalah alat barter. Dahulu kala, sebelum ada uang kertas, orang membarter barang dengan barang. Sepatu dengan padi, alat pertanian dengan pakaian, makanan dengan kerajinan tangan, cinta dengan ninja.
Kemudian, seiring dengan berkembangnya jumlah, peradaban, dan pengetahuan homo sapiens maka diciptakanlah alat barter yang lebih efisien yaitu: koin. Tumbuhnya imperium-imperium besar dan legitimasi dari para raja membuat koin semakin terpercaya sebagai alat barter.
Zaman berganti, imperium-imperium besar yang kukuh mulai runtuh, sistem dunia berganti menjadi negara bangsa. Koin pun mengalami metamorsis. Untuk menggantikan koin sebagai alat barter, Negara-negara bangsa lalu menciptakan alat barter yang lebih universal: mata uang.
Perubahan peradaban tidak bisa lepaskan dari arti penting uang. Kepercayaan atas negara-negara juga tidak bisa dilepaskan dari upaya mereka untuk menjaga uang, memelihara, dan mengelolanya demi mendapatkan kepercayaan pada orang lain.
Saat Perancis gagal mengelola kepercayaan atas uang, kekuasaan Perancis geger. Tetapi ketika pengalaman Perancis itu disadari oleh Belanda, dan Belanda mampu menjaga kepercayaan itu, Belanda akhirnya mampu menjadi negara yang maju.
Kemajuan belanda ini membawa efek domino bagi Nusantara, karena dengan kemajuannya, para pedagang Belanda yang tergabung dalam VOC melakukan ekspedisi menjelajah asia tenggara, lalu setelahnya menjadi awal mula penderitaan selama 350 tahun Negeri +62.
Apa yang membuat uang begitu berharga? Jawabnya: kepercayaan. Relasi-relasi sosial, politik, ekonomi yang rumit membuat uang begitu berharga.
Sederhananya, mengapa saya mempercayai rupiah? Karena teman saya mempercayainya. Dan teman saya mempercayainya karena saya mempercayainya. Dan kami semua mempercayainya karena pemerintah juga mempercayainya dan memintanya sebagai pajak, ustadz kami juga mempercayainya dan menyuruh menyedekahkannya. Ambillah rupiah lalu perhatikan dengan seksama, secara intrinsik itu tak lebih dari kertas berwarna dengan tanda tangan gubenur BI.
Meskipun uang bisa membuat orang saling percaya, tetapi kepercayaan yang dilandasi uang sangat rentan, karena ketika uangnya tak ada maka kepercayaan juga sirna.
Terus, apakah kita sudah belajar mempercayai uang? Terlepas dari orientasi seksual dan keyakinannya, Harari adalah sosok yang luar biasa, Gus Ulil menyebutnya sebagai Sejarawan kondang.
Judul buku: MONEY (hikayat uang dan lahirnya kaum rebahan)
Penulis: Yuval Noah Harari
Penerbit: Global indo grafika
Penerjemah: Haz Algebra
Tebal buku: 166 halaman
Peresensi: Wulida Ainur Rofiq*
*Siswa “Sekolah Menulis” Penerbitan Pesantren Tebuireng.