Oleh; A. Farid Hasan*
Menuangkan kisah di atas sembilu
mencabik nasib yang tiada berpihak
lolong serigala mengiringi bulan separuh wajah
taring menyeringai hendak mengunyah daging amis berbauh darah
kata kata berubah makna
hukum rimbah sesembahan para dewa
siapa yang kalah akan terhempas hidupnya
mayat mayat hidup berjajar menawarkan buaian surga yang terbangun dari akal bulus keserakahan
berdinding angkuh tak mengenal waktu
berlantai keramik putih tulang belulang
inilah dongeng di ujung abad yang terajut rapi di sisi dasi
menyelinap lembut di ujung rambut
tersaji mewah di atas meja
——————————————————————
Hipnotis politik
Kekuasaan
kursimu berkilau bagi para mata
goyangmu mengundang birahi bagi para hati
sorban menjadi pengobar
kopyah sebagai penebar
jubah menjadi pengabar
keserakahan di balut kesucian
kekuasaan
elokmu tiada tara
pesonamu adalah bara
bagi siapa saja yang terpedaya
Islam diperjualbelikan
Iman ditelantarkan
Ihsan disampahkan
untukmu
birahi kau pertuhankan
———————————————————–
Tangis semesta
Wahai laut yang ombaknya tak lagi berdebur
mutiaramu telah di rampas para raksasa
wahai hutan yang tak lagi rindang
mereka mencabut akar dan batangmu tak tersisa
wahai gunung gunung bertabur emas dan berlian
kilaumu di hisap tating taring drakula dan tangan tangan dajjal dengan pongah tanpa rasa iba
bagaimana dengan nasib anak lautmu?
bagaimana dengan
anak hutanmu?
bagaimana dengan bukit bukitmu?
mati dalam hidup
*Ketua Lembaga Kajian Strategis PC Ikapete Gresik.