Sumber gambar: http://www.depokpos.com/arsip/2017/05/sosok-ibu-sebagai-panutan-keluarga/

Dari Abdullah bin Amir, dia berkata: ibuku memanggilku pada suatu hari, sedang Rasulullah SAW duduk diantara kami. Ibuku berkata, “Kemarilah, aku beri kamu,” Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Apa yang hendak kau berikan kepada anakmu?” “Aku memberinya kurma,” Rasulullah SAW bersabda, “Andaikata kamu tidak memberinya apa-apa maka sudah dicatat satu dosa terhadap dirimu,” (Sunan Abu Dawud, 4993, berderajat hasan).

Demikianlah Rasulullah SAW mengajarkan untuk berinteraksi secara jujur dengan anak-anaknya, terutama bila berada di hadapan anak. Itu dilakukan agar tumbuh pada diri mereka akhlak Islam yang luhur. Nabi memberi kepada perempuan itu pelajaran penting dalam berinteraksi secara jujur dengan anak.

Hingga saat ini pun, masih banyak sekali orang tua yang menjanjikan hal-hal manis pada anaknya saat anak tersebut menangis dan merajuk, seperti ungkapan “Jangan nangis, Nak! Nanti ibu belikan ice cream”. Hal ini dilakukan agar anak yang masih kecil dan gampang lupa mau menuruti permintaan orang tuanya. Juga pada saat menakuti anak dengan hal-hal tertentu, seperti ungkapan “Jangan keluar rumah, Nak! Nanti dibawa wewe gombel.”

Jika orang tua tidak memenuhi janji dan ucapan yang diungkapkannya, juga menakut-nakuti dengan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, maka tanpa sadar sebenarnya orang tua telah mengajarkan anaknya untuk berbohong. Yakni sebuah janji manis yang tidak ditepati akan ditiru oleh anak hingga saat mereka dewasa kelak.

Banyak faktor yang menyebabkan anak berbohong, diantaranya adalah lingkungan. Jika anak meniru lingkungan yang suka berbohong baik dari teman-temannya maupun dari orang tuanya sendiri. Maka sebagai orang tua sudah seharusnya untuk tidak mengajarkan kebohongan kepada anak. Agar kelak anak bisa tumbuh menjadi orang yang jujur.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ada empat tips yang bisa dilakukan orang tua agar anak belajar jujur sedini mungkin:

Pertama, memberikan contoh yang baik untuk anak dan menghindari perilaku negatif agar tidak ditiru oleh anak.

Kedua, mengajari anak tentang kejujuran dengan membacakan cerita dan kisah pada anak tentang tokoh yang jujur dan menjelaskan kepadanya alasan mengapa harus berkata jujur.

Ketiga, saat anak berkata jujur, walaupun saat ia melakukan sebuah kesalahan, sebaiknya orang tua memberikan apresiasi terhadap kejujuran anak tersebut, dengan menerapkan pujian dan hukuman dalam situasi dan kondisi yang tepat.

Keempat, sebagai orang tua, jangan pernah melabeli anak sebagai pembohong. Jika anak melakukan kesalahan sebaiknya diingatkan dengan baik bukan melabeli anak tersebut dengan karakter negatif.

Pada dasarnya pendidikan adalah kebiasaan yang diajarkan. Dengan mengajari anak perilaku yang baik, maka anak tersebut akan menjadi pribadi yang baik sesuai dengan impian dan harapan orang tuanya. Semoga bermanfaat.


Tulisan ini disarikan dari beberapa sumber.