Memasuki bulan suci Ramadan, menurut madzhab Syafi’i, bagi umat Islam diwajibkan setiap malam hari berniat puasa untuk esok harinya. Terlepas dari itu, ternyata ada tradisi yang sudah mengakar khususnya di Jawa yaitu setelah shalat tarawih jamaah secara bersama-sama mengucapkan niat untuk puasa besoknya. Dengan tradisi ini, kita tidak akan lupa untuk berniat puasa di setiap harinya.
Seperti yang kita tahu dalam mengerjakan puasa, niat menjadi hal yang diwajibkan. Itu artinya, ketika lupa akan niat, maka otomatis puasa yang kita lakukan tidak sah dan nantinya wajib meng-qodho-nya.
Maka dari itu, Syekh Nawawi al-Bantani memberikan solusi, dengan cara taqlid atau ikut madzhab lain, dalam hal ini Imam Malik, yang memperbolehkan niat puasa dilakukan satu kali di awal Ramadhan untuk satu bulan.
Namun beliau tidak mewajibkan hal ini, melainkan Imam Nawawi menyarankan agar nantinya ketika ada situasi di mana kita lupa tidak berniat, maka niat yang kita lakukan di awal Ramadhan tersebut sudah mewakili dan tidak wajib meng-qodho di kemudian hari (taqlidan lil Imam Malik).
ويسن في أول لشهر أن ينوي صوم جميعه وذلك يغني عن تجديدها في كل ليلة عند الإمام مالك فيسن ذلك عندنا لأنة ربما نسى التبييت في بعض الليالي فيقلد الإمام مالكا
“Disunahkan ketika di awal bulan (Ramadhan) untuk berniat sebulan penuh. (berniat puasa sebulan penuh ini) tidak perlu lagi niat tiap harinya menurut imam Malik. Maka niat (sebulan penuh) ini disunahkan dalam madzhab kami (Syafi’i), karena mungkin saja orang itu lupa berniat di sebagian malam, maka (ketika itu) dia bertaklid kepada imam Malik.”[1]
Ini merupakan bentuk antisipasi, sehingga tiap-tiap malamnya kita tetap diwajibkan untuk berniat. Adapun lafadz niatnya ialah:
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
“Saya berniat puasa Ramadhan satu bulan penuh di tahun ini, taqlid terhadap Imam Malik, fardhoh karena Allah SWT ”
Pendapat yang dikemukakan Syekh Nawawi al-Bantani ini selaras dengan apa yang ada dalam kitab Hasyiah Qolyubi (5/365);
وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ
“Disunahkan dimalam pertama pada bulan ramadhan niat berpuasa sebulan penuh untuk mengambil kemanfaatan bertaqlid pada pendapat Imam Malik yang menganggap niat tersebut mencukupi bila lupa niat pada malam-malam berikutnya disemua malam ramadhan dan bagi kami (Syafi’iyyah) niat yang demikian hanya mencukupi pada malam pertama saja”.
Semoga bermanfaat.
[1] نووي الجاوي، نهاية الزين، 185
Ditulis oleh Faizal Amin, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari