
Oleh: Lu’luatul Mabruroh*
“Tuan Presiden
Ini Ramadan yang mulya
Aku mengundangmu santap buka bersamaku
Kau kan dapati rumahku telah hancur
Dan ibuku baru pulang dari antrian
Dengan roti dan hati yang hancur
Dan azan masjid pun berkumandang
Dan lonceng gereja berbunyi
Hidup bersama karena Allah
Pintu-pintu tanpa penjaga
Dan tibalah perahu-perahu maut, ke tanah impian
Tanpa hidup anak-anak yang terlibat konflik
Tuan Presiden aku tak bisa tidur
Tiap kupejamkan mata, kudengar ledakan
Kasurku terbakar oleh api dan asap
Ketakutanku keluar dari sarangnya
Lagu jadi tangisan, mainanku turut berdarah
Tuan presiden, kami jadi pelarian
Kami jadi pengasingan
Kami jadi buron kriminal
Kami jadi tersangka karena iman dan ibadah kami
Kami divonis hukuman mati digantungan
Oleh mereka yang membungkam lidah kami
Karena syahadat iman yang diucapkan
Tuan presiden, kami akan berbuka di al-Quds
Ibu kota Palestina
Tujuan yang dituliskan Allah
Antara doa dan harapan
Amin.”
Lagu tersebut merupakan petikan lirik dari iklan Zain Ramadhan Commersial, salah satu perusahaan telekomunikasi raksasa asal kuwait yang setiap tahunnya selalu berhasil memproduksi iklan yang sarat dengan pesan moral dan penuh haru. Misi dakwah yang dibawanya berhasil memancing reaksi berbagai kalangan dari berbagai negara.
Lagu tersebut menggambarkan kondisi masyarakat Palestina dalam menyambut Ramadan kali ini. Mereka menyambut Ramadan dengan berbagai keluhan dengan kondisi semakin memburuknya taraf kehidupan masyarakatnya. Anak-anak dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan tanpa orang tua dan sanak saudara. Hal itu akibat isolasi Israel sejak tahun lalu terhadap Palestina.
Dalam video berdurasi 3:40 detik tersebut menampilkan seorang anak kecil yang menyambut Ramadan dengan mengajak Presiden Donal Trump untuk berbuka puasa di rumahnya yang telah hacur lebur. Bahkan dalam klip tersebut menampilkan Kim Jong Un juga Vladimir Putin, Presiden Rusia yang diajak seorang anak kecil untuk melihat Masjid dan Gereja yang berdampingan secara damai.
Tidak hanya tiga pemimpin dunia tersebut, dalam video ini juga ditampilkan Kanselir Jerman, Angela Merkel untuk menyaksikan bagaimana sengsaranya hidup anak-anak dan para pengungsi yang menjadi buron kriminal hanya karna iman dan ibadah mereka yang dilantangkan.
Adanya gambaran kehidupan Ramadan di Palestina dari video tersebut membuat kesadaran netizen terpacu untuk peduli dan melakukan sesuatu untuk mereka yang di sana, meski sebatas doa, supaya kelak masyarakat Palestina mampu menyambut Ramadan berikutnya bukan dengan rasa takut dan air mata, namun dengan senyum dan bahagia.
Pray For Palestine!
*Mahasiswa PBA Unhasy, santri Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.