Sebuah ilustrasi fenomena doom spending yang terjadi di kalangan gen milenial dan gen Z. (sumber: liputan6)

Apakah kamu gen Z dan milenial? Pernahkan kamu mendengar istilah doom spending? Apakah Gen Z dan gen milenial, dua generasi ini terancam terjebak dalam fenomena keuangan yang berbahaya, yakni doom spending? Apakah doom spending itu membahayakan? Jika kamu termasuk dari golongan gen Z dan milenial,  coba perhatikan betul hal ini agar keuangan mu stabil dan aman ! Doom spending merupakan kegiatan pemborosan yang dilakukan untuk memuaskan keinginan konsumtif secara sesaat. Habit Gen Milenial dan Gen Z sering di cap sebagai kelompok sadar gaya hidup, membuat kedua generasi ini dianggap “boros”. Doom spending adalah perilaku konsumsi berlebihan sebagai pelarian dari kecemasan dan tekanan hidup, yang dapat membuat generasi muda terjebak dalam kemiskinan.

Dorongan dari kemajuan teknologi yang super cepat dan canggih sekarang juga mempengaruhi seseorang mengikuti doom spending. Akses untuk berbelanja online di sosial media pun yang sekarang semakin dipermudah dalam segala macam pembayaran pun membuat kita sering melakukan pembelian tanpa berpikir. Seseorang pun dapat terpengaruh untuk mengikuti gaya hidup orang lain di media sosial. Hal ini memungkinkan seseorang  memaksakan kebutuhannya secara besar-besaran dan tanpa rencana. Bukti nyata fenomena doom spending pada Gen Z dan Milenial yaitu:

  1. Lonjakan Paylater yang Membuat Tingkat Hutang yang Meningkat

Di Indonesia, survei menunjukkan bahwa Gen Z dan Milenial merupakan pengguna terbesar paylater di Indonesia, dengan 70% berusia 25-35 tahun, dan mayoritas penggunaannya untuk barang elektronik dan fashion. Orang-orang menggunakan kartu kredit atau layanan paylater untuk belanja konsumtif. Hal ini ditunjang oleh beberapa platform belanja online yang menyediakan sistem layanan paylater dengan sangat mudah, yang membuat banyak orang yang lebih memilih pembayaran paylater. Hal tersebut menyebabkan banyaknya hutang yang bertumpuk-tumpuk.

  1. Maraknya Penggunaan Aplikasi Pinjaman Online

Mudahnya peminjaman uang secara online membuat banyak orang tergiur untuk melakukan pinjaman online di beberapa media sosial. Kebiasaan orang-orang dalam berbelanja yang tak terkendali untuk memenuhi gaya hidup dan tren tersebut juga mengakibatkan banyak orang yang terjebak untuk berhutang dalam pinjaman online.

  1. Lonjakan Pengeluaran untuk Gaya Hidup dan Hiburan

Lebih dari 60% Gen Z mengalokasikan pengeluaran terbesar mereka untuk gaya hidup dan hiburan, seperti konser, traveling, dan makan di restoran mewah, daripada menabung. Telah kita jumpai banyak sekali orang yang sangat terobsesi dengan gaya hidup yang mewah dan bisa hiburan sana sini tanpa memikirkan hal tersebut memang butuh atau tidak. Dan nyatanya banyak orang yang lebih menyukai berbelanja fashion untuk gaya hidup tinggi ketimbang membeli buku untuk mengasah wawasannya. Banyak juga yang lebih mementingkan liburan daripada masalah pendidikan, misalnya ikut seminar dan kajian islami, mereka lupa bahwa hati juga perlu dicharger untuk bisa lebih bersyukur, lebih empati kepada orang lain melalui ikut kajian ilmu, bakti sosial dan membaca buku.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
  1. Tingkat Tabungan yang Rendah

Survei OJK di Indonesia menunjukkan lebih dari 40% anak muda tidak memiliki rencana keuangan jangka panjang, sehingga mereka cenderung menghabiskan pendapatan untuk konsumsi tanpa menyisihkan untuk kebutuhan mendesak atau investasi. Dibutakan oleh gaya hidup mewah untuk mendapatkan perhatian dan like dari beberapa orang di sosmed yang jadi prioritas anak muda kini. Pengaruh dari tren gaya hidup menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak penting tersebut membuat generasi muda sekarang tidak memikirkan masa depannya untuk menabung.

Diatas itulah beberapa bukti fenomena doom spending pada Gen Z dan Milenial. Doom spending ini memang mengancam gen Z dan milenial dalam beberapa waktu kedepan dapat menyebabkan kemiskinan karena sikap konsumtif berlebih yang tidak penting. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya kamu benar-benar mengatur keuangan mu dengan menggunakan skala prioritas, atau lebih simpelnya kamu bisa menggunakan alat manajemen keuangan yang dapat membantu mu lebih mudah dalam mengatur finansial mu.

Pilahlah mana yang benar-benar harus kamu beli dan mana yang bisa ditunda dulu. Dengan begitu, kamu bisa menyisihkan uangmu untuk tabungan, sedekah dan kebutuhan jangka panjang yang lain. Hal tersebut bisa membantu keuangan mu menjadi lebih stabil dan terhindar dari perilaku boros yang menjatuhkan kemiskinan.



Penulis: Amalia Dwi Rahmah, Anggota Sanggar Kapoedang