Oleh: KH Agus Fahmi Amrullah Hadzik*
اَلْحَمْدُ لِلهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ. وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُهُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ . اِتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jamaah Jum’at Rahimakullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Haqqo tuqotihdengan sebenar-benar taqwa, menjalankan perintah dan sebisa mungkin meninggalkan larangan-Nya dan janganlah kita sekali-kali meninggalkan dunia ini, kecuali dalam keadaan beragama Islam dan khusnul khatimah.
Jamaah Jum’at Rahimakullah
Suatu ketika Ibrahim bin Adham, seorang sufi besar pada zamannya mengadakan satu perjalanan. Ketika sampai di satu tempat,tiba-tiba Ibrahim bin Adham ingin membuang hajat. Maka dia singgah ke satu tempat semacam toilet di zaman sekarang. Saat hendak memasuki ruangan toilet tersebut, penjaga toilet meminta bayaran kepada Ibrahim bin Adham. Ketika ditarik bayaran oleh si penjaga, Ibrahim bin Adham terdiam dan matanya berkaca-kaca disertai tangisan.
Sang penjaga pun bertanya: “Wahai tuan, kenapa tuan menangis?. Apakah tuan tidak punya uang untuk membayar toilet ini?. Kalaumemang tuan tidak memiliki uang, baiklah khusus untuk tuan gratis tidak perlu membayar.
Mendengar perkataan penjaga toilet tersebut Ibrahim bin Adham berkata,“Kalau untuk masuk ke tempat sehina ini saja kita harus membayar, bagaimana kita minta gratis untuk masuk surganya Allah yang sudah jelas penuh dengan kenikmatan dan keindahan?. Akankah kita mampu untuk membayarnya?
Jamaah Jum’at Rahimakullah
Kita sering menerapkan prinsip ekonomi dalam kehidupan, yaitu mengeluarkan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan untung atau mendapatkan hasil sebesar-besarnya. Tetapi terkadang kita menerapkan prinsip ekonomi ini bukan hanya untuk tujuan-tujuan dunia misalnya ketika kita berdagang atau dalam pekerjaaan, dalam meraih kekuasaan, dalam politik dan sebagainya. Tetapi banyak di antara kita yang menerapkan prinsip ekonomi ini untuk tujuan akhirat yakni meraih surga.
Sodaqoh’e gak patek akeh njaluk surgo. Jarang salat berjamaah, berharap surga.Membaca al-Quran hanya setahun sekali di bulan Ramadan, hanya beberapa lembar saja dan tidak pernah khotam sudah meminta surga.MemangRasullullah menjamin,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَي
قَالُوْا : وَ مَنْ يَأْبَى يَا رَسُوْلُ اللهِ ؟
قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِيْ ذَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَي
“Semua ummatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yg enggan.
Sahabat bertanya:‘siapa orang-orang yang enggan itu ya rasulullah?’
Rasululloh menjawab: ‘barangsiapa yang taat kepadaku, maka dia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang durhaka kepada ku, dia lah orang-orang yg enggan.”
Jamaah Jum’at Rahimakullah
Tetapi pantaskah kita untuk meraih surga dengan modal sekecil-kecilnya dan seminim mungkin. Sementara orang sekaliber Abu Nawas seorang sufi,merasa tidak pantas masuk surga. sebagaimana dikatakan dalam syairnya,
اِلهِ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ اَهْلًا , وَلَا اَقْوَى عَلَى النَّارِ الْجَهِيْمِ
“Wahai tuhan kami, tidaklah pantas saya masuk surga dan tidak pula kuat jika harus masuk neraka.”
Sementara kita belum punya modal yang besar , padahal belum tentu orang yang punya modal besar dengan mudah bisa masuk surga.Dikisahkan di dalam sebuah riwayat, kelak akan dihadapkan kepada Allah tiga orang. Yang pertama adalah orang yang mati syahid, yang kedua adalah orang yang alim, dan yang ketiga adalah orang kaya yang banyak sedekah.
Dipanggillah orang pertama dan ditunjukkan berbagai macam nikmat. Dan di tanya,“Wahai syahid, apakah engkau tahu nikmat-nikmat ini?.Si syahid pun menjawab,“Hamba tahu ya Allah nikmat nikmat itu”. “Lalu apa yang telah kau amalkan dengan nikmat-nikmat itu?, tanya Allah.
“Ya allah, dengan nikmat-nikmat itu hamba berjuang, hamba berperang melawan kaum musyrikin kaum kafirin, sehingga hamba terbunuh di medan perang. Semua itu hamba lakukan karena mencari ridho-Mu ya Allah”,
Allah berfirman,“Kamu bohong! Bukankah semua itu engkau lakukan karena engkau ingin disebut sebagai pemberani? Bukankah engkau melakukan itu karena engkau ingin disebut sebagai pahlawan? Dan engkau sudah mendapatkan gelar itu”.
Maka diperintahkan malaikat untuk menimbang amal-amal si syahid tersebut. Kemudian menyeretnya menuju ke neraka.Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.
Kemudian didatangkan orang kedua. Kepada si alim ditunjukkan berbagai nikmat. Dan si orang alim ditanya, ”Wahai alim, apakah engkau mengenal nikmat-nikmat ini?”. “Ya Allah, hamba mengenal nikmat-nikmat itu”, jawabnya. “Lalu apa yang telah engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?”, tanya Allah. “Ya Allah dengan nikmat-nikmat itu hamba belajar, membaca Al-Quran, menghafalkan, dan mengajarkannya kepada orang lain. Semua itu hamba kerjakan demi mencari ridho-Mu ya Allah”,
Allah berfirman, “Kamu bohong! Bukankah semua itu kau lakukan karena engkau ingin dipuji, ingin disebut sebagai seorang qori? Dan kau sudah mendapatkan gelar itu.
Maka ditimbanglah amal orang alim tersebut dan malaikat diperintah untuk menyeretnya menuju ke neraka.Nau’dzubillah tsumma nau’dzubillah.
Berlanjut orang ketiga, orang kaya yang banyak sedekah. Kepada si kaya tersebut juga ditanya, “Wahai Fulan, apakah kau mengerti nikmat-nikmat ini?”. Ia menjawab, “Ya Allah,hamba mengerti nikmati-nikmat itu”. “Lalu apa yang kau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?”, tanya Allah. “Ya Allah, dengan nikmat-nikmat itu hamba banyak bersedekah, meyumbang pembangunan masjid musholla, dan madrasah. Hamba juga menyantuni kaum duafa, fakir miskin dan anak-anak yatim. Semua itu hamba lakukan karena engkau ya Allah”, jawabnya.
Allah berfirman, “Kamu bohong! Bukankah semua itu engkau lakukan karena engkau ingin disebut sebagai dermawan? Dan engkau sudah mendapatkan gelar itu.
Maka ditimbanglah amal orang kaya tersebut dan malaikat diperintahkan untuk menyeretnya menuju neraka. Nau’dzubillah tsumma nau’dzubillah.
Jamaah Jum’at Rahimakullah
Orang yang modalnya besar seperti orang yang mati syahid, orang yang alim dan orang kaya yang dermawan tidak dengan mudah bisa masuk ke dalam surga. Lalu bagaimana dengan kita ini?. Maka saya mengajak kepada diri saya sendiri khususnya dan pada para jamaah semua umumnya, untuk semakin meningkatkan intensitas dan mencari bekal sebanyak banyaknya dengan dasar niat yang ikhlas.
فَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Carilah bekal oleh mu, maka sebaik-baik bekal adalah ketakwaan”.
Bukankah kita ini diperintah untuk beribadah sesuai dengan firman Allah:
وَمآ أُمِرُوْﺁ إِلَّا لِيَعْبُدُ اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ
“Dan tidakkah aku diperintah kecuali hanya untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan”.
Niat yang ikhlas ini menjadi dasar. Sekecil apapun ketidakikhalasan kita, maka pasti dihadapan Allah semuanya akan terungkap. Maka berbahagialah orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang beriman dan beramal sholeh.
إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِجَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ عَدْنٍتَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْوَرَضُوْا عَنْهُذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholehitu adalah sebaik baik manusia. Balasan bagi mereka disisi Tuhannya yaitu surga janatu adn, yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya. Yang demikian ini adalah bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya”.
Jamaah Jum’at Rahimakullah
Semoga bermanfaat khususnya bagi diri saya dan umumnya bagi para jamaah semuanya.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكُ الْمَنَّانُ وَبِالْقَوْلِ يَهْتَدُ الْمُرْتَضُوْنَ . مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِوَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
*Kepala Pondok Pesantren Tebuireng Putri