sumber ilustrasi: detik.com

Oleh: Al Fahrizal*

1445 Hijriyah, demikianlah usia peradaban Islam saat ini. Sangat sederhana dan mudah sekali kita menghitung usia agama yang dibawa oleh Rasulullah ini. Itu semua berkat satu warisan periodik, yaitu kalender. Islam memiliki sistem penanggalannya sendiri. Meski jarang digunakan dalam administrasi Indonesia, namun kalender Hijriyah sangat penting dalam menjalankan syariat Islam, puasa Ramadan dan Haji contohnya.

Setiap kebijakan memiliki alasan, setiap keputusan mempunyai latar belakangnya sendiri. Lantas bagaimana cerita dibalik penetapan kalender Islam? Lalu kapan, bagaimana, dan siapa tokoh yang berada dibalik penetapan almanak Islam ini? Simak cerita berikut.

Sejarah Kalender Hijriyah

Sistem penanggalan Hijriyah diresmikan pada zaman khulafaurrasyidin, tepatnya pada masa khalifah Umar bin Khattab r.a. Hal ini dijelaskan dalam banyak literatur Islam klasik yang menerangkan peristiwa tersebut. 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Mengutip salah satu literatur yang menulis kejadian penting tersebut, yaitu kitab Tarikh ath-thabari, bahwa suatu hari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari (Gubernur Basrah, Iraq) mengirim surat kepada sahabat Umar. Di dalam surat tersebut Abu Musa mengeluhkan suatu permasalahan umat Islam kala itu kepada umar. Tertulis dalam surat itu keluhan Abu Musa, 

“Sesungguhnya engkau mengirimku banyak surat, tetapi tidak terdapat di surat tersebut tanggal.”

Setelah membaca keluhan gubernurnya, Umar kemudian mengumpulkan para beberapa tokoh untuk bermusyawarah. Dalam rapat tersebut, sebagian mengusulkan penanggalan kalender Islam dimulai saat Rasulullah saw. diutus menjadi seorang Nabi. Sebagian yang lain mengusulkan kalender Islam itu dimulai pada saat hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. 

Setelah semua usulan ditampung Umar lalu memutuskan bahwa penanggalan kalender Islam itu benar berdasarkan pada peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. karena sesungguhnya peristiwa Hijrah merupakan simbol transformasi dakwah secara besar-besaran. Semula Islam hanya komunitas kecil dan sulit berkembang karena tekanan penduduk Mekkah, berubah menjadi gerakan besar dan berkembang secara pesat setelah berada di Madinah.

Versi lain sejarah perumusan almanak Islam itu mengacu pada suatu problem administratif umat Islam kala itu.

Suatu waktu, Sahabat Umar yang menjabat sebagai khalifah dibacakan dokumen obligasi (dokumen utang-piutang) tertanggal bulan Sya’ban. Umar lalu bertanya Sya’ban kapan tempo surat ini? Sya’ban sekarang atau Sya’ban tahun depan?

Melihat problem tersebut, Umar kemudian memutuskan untuk membuat tarikh atau penanggalan, di mana dapat menjadi rujukan semua orang.

Sebagian sahabat mengusulkan agar tanggal tersebut merujuk kepada bangsa Romawi. Namun, orang-orang Romawi membuat kalender merujuk pada zaman Dzulqarnain. Usulan ini ditolak karena terlalu jauh masanya.

Sebagian lain mengusulkan untuk meniru penanggalan bangsa Persia, namun juga ditolak karena tiap kali pergantian raja, maka sistem penanggalan juga dirubah. 

Setelah terjadi diskusi panjang, muncul sebuah ide bahwa Nabi tinggal di Madinah itu selama 10 tahun, lalu ditetapkan bahwa kalender Islam itu dimulai saat Nabi hijrah ke Madinah. 

Demikianlah kenapa kalender Islam disebut sebagai kalender Hijriyah, merujuk pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw. 

Sumber: kitab Tarikh Ath-Thabari, karya Imam Abu Ja’fari Ath-Thabari.

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.