ilustrasi nama shafiyah binti huyay

Syafiyah binti Huyay bin Akhtab merupakan putri dari Huyay bin Akhtab, pemimpin kaum Yahudi Khaibar. Ibunya bernama Barrah binti Syamuel Al-Qurzhiyah. Meskipun ia putri kesayangannya Huyay bin Akhtab akan tetapi ia memiliki sifat yang berbeda dengannya. Syafiyyah sangat menyukai ilmu pengetahuan, ia telah mempelajari  banyak tentang sejarah dan kepercayaan yang dianut bangsanya. Ia juga tahu perihal Muhammad Saw. merupakan nabi akhir zaman. Dalam kitab Taurat telah dijelaskan bahwa akan datang nabi akhir zaman yang berasal dari jazirah Arab, yakni Muhammad.

Syafiyah merasa heran dengan sikap ayah dan kaumnya. Mereka telah mengingkari berita besar yang tercantum dalam kitab Taurat, padahal kitab Taurat adalah kitab suci agama mereka. Bangsa Yahudi Khaibar memerangi Rasulullah, mereka tidak mempercayai agama yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

Pada paruh kedua bulan Muharrom tahun 7 Hijriyah, Nabi Muhammad berangkat ke Khaibar. Terjadilah peperangan yang banyak memakan korban antara bangsa Yahudi Khaibar dengan pasukan Rasulullah Saw. Peperangan tersebut dimenangkan oleh pasukan Rasulullah Saw. Para laki-laki bangsa Yahudi Khaibar banyak yang terbunuh dan para wanita menjadi tawanan, termasuk Syafiyah Binti Huyay.

Syafiyah waktu itu belum berusia 17 tahun. Usianya masih belia, akan tetapi ia sudah pernah menikah. Suami pertamanya seorang kesatria dan penyair kaumnya, Salam bin Misykam Al-Qurazhi. Tidak lama setelah pernikahannya ia meninggal dunia. Setelah itu, Syafiyah dinikahi oleh Kinanah bin Rabi’ bin Abu Al-Haqiq An-Nadhari, penguasa benteng Qomush, benteng Khaibar yang paling kuat. Kinanah meninggal pada perang Khaibar di tangan Muhammad bin Maslamah Al-Anshari Al-Badri sebagai ganti karena orang Yahudi telah membunuh saudaranya yang bernama Mahmud bin Maslamah.

Setelah menjadi tawanan orang Islam, Syafiyah dibawa oleh Rasulullah Saw. Disebutkan dalam hadis dari Anas, ketika Rasulullah Saw. akan membawa Syafiyah binti Huyay, beliau bertanya kepadanya “Apakah kamu berminat denganku? Syafiyah menjawab “Wahai Rasulullah, aku sebenarnya sudah mengharapkan seperti itu sejak aku masih musyrik. Lantas bagaimana halnya setelah Allah memberiku kesempatan sepenuhnya untuk memilikinya dalam Islam”.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Rasulullah Saw kemudian memerdekakan Syafiyah dan menikahinya. Maharnya dengan kemerdekaan yang telah Rasulullah berikan kepadanya. Nabi menyerahkanya kepada Umi Sulaim untuk mempersiapkan pernikahannya dan menunggu masa iddah di rumahnya. Setelah Syafiyah siap untuk melakukan pernikahan, Umi Sulaim menyerahkannya kepada Nabi. Di sanalah walimah pernikahan diselenggarakan.

Setelah pernikahan, Syafiyyah menceritakan kepada Nabi Muhammad Saw bahwa ketika malam pernikahannya dengan Kinanah bin Rabi’, ia bermimpi melihat bulan jatuh di kamarnya. Saat bangun tidur ia menceritakan mimpinya kepada Kinanah dan suaminya tersebut paham akan takwil mimpinya. Kinanah amat marah seraya berkata: “Mimpi ini tidak lain karena kamu menginginkan raja Hijaz, Muhammad”, kemudian Kinanah menamparku sampai menimbulkan bekas yang tidak hilang.

Hal yang patut diteladani dari Syafiyah adalah ketaguhannya dalam memegang kebenaran. Ia mengimani apa yang termaktub dalam kitab suci bangsanya, yaitu kitab Taurat, yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw, adalah utusan-Nya. Ketika menjadi tawanan perang pasukan Islam, dengan sukarela ia bersyahadat. Kemudian ia mendapatkan kehormatan besar karena telah dipilih Nabi Muhammad untuk menjadi salah satu ummul mukminin. Kehormatan tersebut ia dapatkan atas kepandaiannya dan kebijaksanaannya.

Baca Juga: Sayyidah Khadijah, Teladan bagi Wanita Karir

Ditulis oleh Almara Sukma, alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari