sumber ilustrasi: www.google.com

Oleh: Dandy Fisabbilillah*

Di bulan Rajab, umat Islam di seluruh penjuru dunia memperingati sebuah momentum besar perjalanan Isra’ Mi’raj yang dilakukan Rasulullah Muhammad Saw, sebuah perjalanan sunyi yang diabadikan oleh Allah dalam surah Al-Isra, lantunan ayat-ayatnya menggema di mana-mana dalam majelis-majelis, memecahkan langit mega dalam gaung ketauhidan yang muta’alimul ghoibi was syahadah.

Di bulan ini pula, di tahun 2020 Allah menurunkan kasih sayangnya yang berupa wabah sangat kecil ukurannya jika dibandingkan dengan gedung-gedung perusahaan, serta bangunan industri-industri moderenitas, sekumpulan makhluq kecil sang Khaliq yang sangat halus tak kasat mata, yang pixel kuantitatifnya hampir mendekati roh, wabah virus Corona yang menyebar dimulai dari Kota Wuhan, RRC. Sebuah negara super power di bidang ekonomi yang seolah tak akan tertandingi oleh negara-negara berkembang, salah satu pusat dari dinamika modal yang berputar di muka bumi.

Tulisan ini tidak untuk membahas mengenai pengaruh virus corona terhadap economic war yang sedang berlangsung. Akan tetapi ada satu poin yang sangat menarik dari ayat yang sangat identik dengan momen peringatan Isra’ Mi’raj yakni ayat pertama dari dari surah Al-Isra yang berbunyi Subbanalladzi asro bi abdihi lailan milal masjidil haram Ilal masjidil aqsa ladzi barakna khaulalu linuriyatu min ayatina, innahu huas sami’ul bashir. “Maha Suci Allah yang memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami.  Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS, 17: 1).

Satu kata kunci awal yakni “memperjalankan” wabah virus Corona yang menyebar di mana-mana,  bahkan pengaruhnya saja sangat kuat merasuki lubuk hati setiap diri manusia di era modern. Meledaknya virus Corona serta berbagai dampak yang dihasilkannya secara tidak langsung mengajak kita semua untuk mengijab-qabuli kembali kesadaran bahwa hidup ini pada hakikatnya adalah sepenuhnya diperjalankan oleh kehendakNya, virus Corona terbukti mampu mengajak berpulang kesadaran peradaban masyarakat modern yang cenderung menganggap Tuhan bukanlah pemilik seluruh kehidupan ini, melainkan hanyalah sebagai kepala bagian pelancaran pelaksanaan rencana-rencana yang telah disusun oleh manusia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam skala makro, merebaknya virus Corona terbukti mampu memporak-perandakan pidato Perdana Mentri China yang sebelumnya mengatakan bahwa RRC memiliki kekuatan besar yang mampu mengendalikan dinamika modal dunia dengan kekuatan kapitalnya yang ada dimana-mana, praktis setelah beredarnya virus Corona blokade ekonomi terhadap RRC terjadi dimana-mana.

Di bulan Rajab ini kita sebagai abdan abdiya seolah sedang diperjalankan dalam sebuah perjalanan sunyi di tengah peradaban modern yang berlangsung semakin dalam gelap malam asro bii abdihi lailan supaya kita semua merenungi dan menghayati tanda-tanda kebesaranNya di sepanjang perjalanan.

Sejenak untuk nenepi dua minggu yang dilakukan secara nasional untuk bersama-sama diniati khalwat melakukan pengembaraan sunyi menembus lipatan-lipatan kesadaran, untuk berdiam diri di tempat masing-masing sejenak tanpa riuh rendah dan gegap-gembita zaman untuk mendengarkan gaung-gaung rahasia sirrullah meleburkan kesadaran dalam ruh yang sejati (ngruwah) dalam rangka barakna khaulahu linuriyatu min ayatina yang insyaAllah selanjutnya akan diperjumpakan dengan bulan Ramadan yang penuh cinta untuk selanjutnya menuju kefitrian yang hakiki sebagai hambaNya di tengah pemberitaan-pemberitaan yang bersliweran.

Semoga kita semua adalah termasuk golongan hamba-hamba Allah yang diselamatkan karena Allah mencintai kita semua.

*Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang.