Sumber: Nu Online

Tebuireng.online- Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid menyerukan semua pihak ikut meredam keributan yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Semua pihak juga diminta tidak terpancing untuk melakukan kekacauan yang sama.

“Kita serukan semua meredam (keributan) masalah Papua,” jelasnya kepada NU Online di Pesantren Tebuireng, Selasa (20/8). Menurut Cucu KH Hasyim Asy’ari ini, semua pihak bisa mencontoh sikap yang diambil oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam menangani kasus Papua kali ini.

Khofifah secara terbuka di depan umum meminta maaf atas ketidaknyamanan mahasiswa Papua yang ada di Malang dan Surabaya. Bahkan perempuan yang juga Ketua Umum PP Muslimat ini langsung menelpon Gubernur Provinsi Papua Barat untuk minta maaf.

Sedangkan Joko Widodo, meminta masyarakat Papua menahan diri dan memilih memaafkan sebagai saudara dekat. Ia menyebutkan emosi boleh, tapi memaafkan lebih diutamakan dalam kehidupan.

“Apa yang dilakukan oleh Gubenur Jawa Timur bagus sekali. Ia meminta maaf kepada rakyat Papua melalui Gubernur. Pidato Presiden RI juga bagus, saya pikir ini bisa menenangkan suasana,” tambah pria yang biasa disapa Gus Sholah ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hal terpenting lagi yang harus dilakukan semua pihak saat ini menurut Gus Sholah adalah bagaimana menjaga perasaan masyarakat Papua agar tidak tersingung lagi. Ini butuh keseriusan dan komitmen kuat dari masyarakat dan pemerintah. 

“Saya sering menyuarakan pernyataan yang mendukung dan membela rakyat Papua. Kita ingin Papua tetap berada dalam negara kita (Indonesia),” tegasnya. Ia menambahkan, masalah di Papua terbilang unik karena sudah puluhan tahun berlangsung tidak juga menemui titik terang. Dulu ada Aceh yang memiliki masalah yang sama. Namun pada tahun 2005 sudah diselesaikan oleh Jusuf Kalla lewat berbagai perjanjian.

“Mungkin perlu ada tim atau tokoh siapa yang coba menjadi. Dulu di zaman Aceh kan Jusuf Kalla ya. Apakah Jusuf Kalla ketika sudah tidak jadi wakil presiden bertugas untuk itu,” usul adik kandung Gus Dur ini.

Bagi Gus Sholah, syarat tokoh yang menjadi penyelesai masalah Papua adalah sosok yang memang bisa diterima masyarakat Papua. Terlepas dari mana saja asal tokoh tersebut. Dulu tokoh yang dekat dengan masyarakat Papua adalah Gus Dur. Gus Dur pula yang mengembalikan nama Provinsi Papua yang semula dirubah menjadi Irian Jaya. Peristiwa ini dikenang oleh banyak kalangan di Papua.

“Kalau masih ada Gus Dur, maka Gus Dur kita minta. Kalau ada tokoh yang diterima dengan baik oleh rakyat Papua, dari mana saja menurut saya atau dari PBNU, Muhammadiyah saya rasa bagus sekali. Sebagai penghubung, saya rasa diperlukan sekali tokoh seperti itu,” pungkas Gus Solah.

Sumber berita: NU Online