KH. Salahuddin Wahid, KH. Ma’ruf Amin, Mahfudz MD saat konferensi pers usai Halaqah Nasional Pengasuh Pesantren di Pesantren Tebuireng pada Ahad (01/07/2018). (Foto: Azwani)

Tebuireng.online– Di era sekarang ini, pesantren harus melebarkan sayap dalam ranah bisnis yang berorientasi pada ekonomi keumatan. Bukan hanya sekedar pada bisnis perdagangan, namun juga akan merambah pada industri.  Hal itu disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Tebureng, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah.

“Kami di Tebuireng paling bisa memanfaatkan potensi pasar di sekitar pesantren. Misalnya konveksi seragam santri, warung peziarah, tempat parkir, dan kios. Belum sampai ke situ, masih jauh,” ungkap Gus Sholah dalam Halaqah Pengasuh Pesantren yang digelar oleh Majelis Per Pengasuh Pesantren se-Indonesia (MP3I) di gelar di Gedung Aula KH. M. Yusuf Hasyim Lt. 3 Pesantren Tebuireng pada Ahad (01/07/2018).

Gus Sholah mengatakan, perekonomian di Indonesia masih dikuasai oleh pihak-pihak tertentu. Nampak dari perputaran uang di tanah air, sekitar 70% berada di ibu kota Jakarta. Berangkat dari sinilah, pesantren dinilai mempunyai potensi untuk mengembangkan ekonomi keumatan, meskipun masih baru-baru ini menyentuh dunia bisnis perdagangan. Namun, masih banyak pesantren yang belum merambah pada dunia industri, menurutnya.

Membahas tema “Urgensi Keuangan Syariah untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat”, acara ini dihadiri oleh Ketua Umum MUI, KH. Ma’ruf Amin, Pakar Hukum Tata Negara, Mahfud MD, Direktur Utama PT. Pegadaian (Persero), Sunarso, Ketua Majelis Pembina MP3I dan 300 Pengasuh Pesantren se-Jawa Timur.

Bahkan sejumlah forum yang sudah dibuat, lanjut Gus Sholah, belum mampu menjadikan pesantren menjadi produsen bagi produk tertentu. Sebut saja Forum Peduli Bangsa, Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Indonesia (MP3I), dan Yayasan Pengembangan Pondok Pesantren Indonesia (YP3I).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Kalau ada 100 pengusaha besar, yang Islam mungkin hanya 10. Ini yang harus kita atasi. Karena Islam mengajarkan uang tidak berputar di satu kelompok, juga tak sesuai sila ke lima, keadilan social,” kata adik kandung Presiden ke 4 Republik Indonesia KH. Abdrurrahman Wahid tersebut.

Kendati begitu, Gus Sholah akan terus mengajak dan mendorong pesantren lainnya untuk mengembangkan ekonomi yang memperdayakan umat. Ada sekitar 40 pesantren di Kabupaten Jombang, yang diajak oleh Gus Sholah untuk membangun koperasi yang melayani kebutuhan di setiap pesantren, meski diakui olehnya bahwa memang tidak mudah untuk mencari orang-orang yang mau terjun ke dunia usaha.

Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, sekarang ini yang terpenting dari persoalan tersebut, yaitu menguatkan lembaga-lembaga perbankan syariah dan meningkatkan profionalismenya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.

“Yang penting sekarang lembaga-lembaga ekonomi perbankan syariah itu diperkuat profesionalismenya. Supaya masyarakat percaya,” tandas Mahfud MD.

Acara ini  ditutup dengan penandatangan kerjasama antara MP3I dengan beberapa pihak, antara lain dengan PT. Pegadaian, MUI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), serta UIN Sunan Ampel Surabaya.


Pewarta: Roni

Editor:     Fitrianti Mariam Hakim

Publisher: M. Abror Rosyidin