KH. Abdul Aziz Sukarto Faqih saat memberikan sambutan di penutupan pengajian ramadan Pesantren Tebuireng, Ahad (9/4/23) malam.

Tebuireng.online- Pengajian Ramadan di Pesantren Tebuireng telah berlangsung selama 19 hari. Tahun ini, ada 37 majelis ilmu dibuka semenjak 1 Ramadan 1444 H. Dengan berbagai macam kitab yang dikaji pula. Mulai dari Sahih Muslim, Jami’ al-Saghir, Irsyad al-Mu’minin, Ziyadah al-Ta’liqat, al-Tanbihat al-Wajibat, dan masih banyak lagi. Hampir semuanya dikhatamkan selama 18 hari.

KH. Abdul Aziz Sukarto Faqih selaku qari’ kitab Sahih Muslim merasa terkenang dengan suasana Tebuireng saat Ramadan. Katanya, “Dulu di sana (sambil menunjuk bekas asrama Timur masjid) ada tiga kelas. Kelas 1, 125 anak, kelas 2, 125 anak, kelas 3, 75 anak. Kalau Kiai Sobari ngaji di salah satu kelas, santrinya sorak-sorak ‘wooo’. Kelas sebelahnya yang diajar Kiai Syansuri juga begitu. Kelas tiganya juga sorak-sorak. Akhirnya tiga kelas sorak-sorak semua. Itu memang dibuat oleh guru agar ramai. Meski begitu, tapi rajinnya setengah mati. Sampai-sampai mata pelajaran sekolah kalah dengan ngajinya,” kenangnya.

Beliau juga bersyukur, di Tebuireng masih ada ngaji kitab kuning Ramadan. Dan berharap barangkali tahun depan dikembangkan. Semisal ditambah hafalan nazam Imrithi, Shorof, Alfiyah. Pada intinya jangan sampai suasana santri tergerus dengan mata pelajaran sekolah. Karena ruhnya Tebuireng adalah ngaji.

“Kalau ngaji sudah tergeser, maka pondok cuma akan menjadi asrama. Ngajinya hanya sistem dongeng, ceramah, tidak benar-benar belajar,” imbuhnya.

Menurutnya, orang ngaji itu tujuannya dua. Pertama, mencari ilmu. Kedua, mengingatkan agar ilmu diamalkan. Di akhir sambutan beliau menyampaikan permintaan maaf, “Kami mewakili qari’ pengajian, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Apalagi kepada santri, kami juga meminta maaf,” pungkasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Perwarta: Yuniar Indra Yahya