sumber ilustrasi: lensgo/smktbi

Oleh: Albii*

Rindu dan Kenangan

Di perjalanan yang panjang, hujan sore menjadi teman setia

Menyelinap di antara jeda kehidupan, meresapi setiap detik yang berlalu,

Langit memancarkan warna-warni cahaya, menyemangati langkah-langkah yang lesu,

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di bawah payung yang rapuh, aku mengikuti alunan hujan, menyatu dengan iramanya.

Dalam diam, rindu dan kenangan bermain di relung hati,

Seperti rerintik hujan yang lembut, mengusik kesunyian jiwa,

Melangkah dengan langkah yang perlahan, merenungi arti kehadiran dan kepergian,

Hingga hujan reda dan senja memudar, kisah sore ini berakhir dalam damai.

Namun, jejak hujan tak akan pudar, menyisakan kenangan yang abadi,

Sebagai cerita yang terpahat di dalam ingatan, di setiap perjalanan yang kujalani,

Hujan sore menjadi metafora, tentang kehidupan yang penuh warna,

Dan dalam perjalanan yang panjang ini, aku bersyukur memiliki hujan sore sebagai teman.

Rahasia Luka

Di balik senyum yang terpahat, tersembunyi luka yang dalam,

Air mata mengalir perlahan, menyiratkan cerita yang terluka,

Teman duka setia menemani, di tengah kesendirian dan kepedihan,

Menetes air mata yang bening, meresapi getirnya kehidupan yang penuh ujian.

Dalam bisikan angin malam, duka menyampaikan rasa,

Seperti riak di permukaan air, menggelombang di samudera hati,

Setiap tetesan menjadi penjuru, memandu langkah ke arah pemulihan,

Di antara sunyi dan kerinduan, teman duka hadir sebagai pelipur lara.

Meski getir terasa menyengat, namun teman duka memberi kekuatan,

Bahu yang siap menopang, telinga yang setia mendengarkan,

Bersama-sama melangkah, melawan badai yang menerpa,

Air mata yang bening mengalir, membasuh hati yang resah.

Teman duka bukanlah hantu, tapi cahaya dalam kegelapan,

Menyinari jalan yang penuh dengan rintangan dan duka,

Dalam setiap tetes air mata yang bening, terukir cerita keberanian,

Bersama teman duka, aku belajar mengarungi lautan kehidupan yang tak pernah lekang oleh waktu.

Ruang Sendiri

Dalam bilik yang gelap, aku merenungi sendiri,

Di antara bayang-bayang yang menyelimuti,

Curhatan tak terucap, terpendam dalam dada yang sesak,

Seakan ruang hampa menjadi saksi bisu.

Hatiku terasa berat, dipenuhi oleh kegelapan,

Seperti malam yang tak kunjung berlalu,

Aku merenung dalam sunyi, mencari jawaban yang tersembunyi,

Di tengah-tengah kehampaan yang tak terucapkan.

Di dalam gelap, aku membiarkan air mata mengalir,

Menghapus jejak kesedihan yang menghimpit,

Curhatan yang terdengar di dalam diam,

Menggema di ruang kosong yang tak berujung.

Tak ada yang mendengar, kecuali sunyi yang membisu,

Aku terperangkap dalam labirin pikiran yang kacau,

Curhatan panjang terlukis dalam kegelapan,

Menjadi teman setia di bilik yang sunyi ini.

Namun, dalam kegelapan itu, ada sinar kecil yang bersinar,

Cahaya harapan yang membelah kehampaan,

Mengingatkanku bahwa setiap gelap pasti akan sirna,

Dan curhatan panjang akhirnya akan menemukan jalan keluar.

*Mahasiswa KPI Unhasy.