Langit sore kali ini benar benar telihat sangat hitam pekat, terlihat awan hitam berlarian untuk menutupi warna biru cerahnya. Burung berterbangan sangat kencang seperti memberikan kode bahwa akan ada badai kencang. Aku terdiam dan dadaku bergejolak sangat kencang.
Aku menangis, pandanganku kali ini mengingatkan pada kisah 2 tahun silam, saat bapakku kecelakaan dan harus diamputasi tangan sebelah kanannya. Saat itu hatiku hancur, karena kepala rumah tangga dalam keluargaku harus berdiam di rumah untuk tidak bekerja. Pikiranku makin kacau sampai aku tidak sadar bahwa hujan turun sangat deras.
Sebagai anak pertama aku sangat memikul berat peran bapak atas musibah yang terjadi, meski sakit tapi aku tahu semua ini akan memberikan hikmah yang membahagiakan diri. Aku selalu menangis atas takdir yang menyakitkan hati, tapi sebagai seorang hamba, aku hanya bisa bersabar dan menerima semua ini dengan ikhlas hati.
Saat sedang melamun, aku dikejutkan dengan pemandangan diluar sana, aku melihat sosok laki laki dengan kemeja hitam dan celana baige yang sedang berlari menghindari derasnya hujan sore ini. aku terus melihatnya, dan sedikit mengenalinya. Ternyata itu Barir senior di kampus yang sekarang jadi CEO perusahan tempat aku bekerja.
Aku pun meninggalkan jendela dan berniat untuk pergi ke dapur. “Eh mau kemana nih?” Tanya seorang rekan kerja pada Shakira.
“Mau ke dapur Shein, kamu mau ikut, pengen bikin teh anget, soalnya di atas dingin banget.” Jawab Xaviera. Shakira hanya tersenyum, sambil menggerakkan kepala yang memberikan tanda bahwa dirinya tidak mau ikut.
Setelah itu Xaviera pun melangkah meninggalkan shakira, sesampainya didapur xaviera bertemu dengan beberapa rekan kerja yang sedang melakukan aktifastnya saperti memasak mie, dan membuat teh hangat. Semuanya terlihat sangat sibuk dengan kegiatan yang dilakukan termasuk Xaviera.
Xaviera pun keluar dari dapur karena teh yang dibuat olehnya sudah selesai. Saat melangkah keluar dapur xaviera dikejutkan oleh kehadiran pak Barir. Xaviera terdiam melihat pak barir yang basah kuyup akibat dihujani air yang sangat deras. Mereka pun saling pandang dan kemudian Xaviera meninggalkan pak barir dengan sedikit menunduk karena sungkan. Saat perjalanan ke atas Xaviera terdiam, kenapa tidak menawarkan teh hangat ini? bukannya beliau kedinginan? Pikirannya terus bergelut memberikan banyak pertanyaan yang tidak memilki jawaban.
Sesampainya di depan komputer, Xaviera kemudian menyeruput teh hangat buatannya sebelum lanjut bekerja. Entah mengapa ingatan saat bertemu dengan pak barir kembali telintas padahal dirinya tidak meminta. Hampir 10 menit xaviera termenung memikirkan pertemuan yang sangat membubarkan kefokusan dirinya dalam bekerja. Padahal dirinya sering bertemu saat rapat kerja, entah mengapa pertemuan kali itu sangat aneh dan membuat dirinya overthingking.
Saat sedang melamun Xaviera tersadar karena adzan berkumandang. Bergegas dirinya meninggalkan pekerjaan untuk segera menunaikan kewajiban. Dalam doanya xaviera selalu menangis dan meminta agar dijodohkan dengan laki laki yang bisa membahagiakan diri nya yang selama ini kebahagiaannya direnggut musibah karena membuat bapak menjadi sakit dan tidak bisa bekerja dengan baik.
Usai berdoa dan mengusap pipi yang basah dialiri air mata, xaviera bergegas mentouch up make up agar terlihat tidak pucat. Pas kelur pintu mushola kantor, Xaviera kembali dikejutkan dengan sosok yang tidak asing baginya, yakni pak barir. Keduanya saling tatap dan terucap pertanyaan dari pak Barir.
“Kamu udah selesai sholatnya?”
“Udah pak, ada apa ya pak?” Tanya Xaviera gugup.
“Nanti saya pengen bahas masalah kantor yang bagian pemasaran, katanya ketuanya kamu. Jadi saya pengen nanya banyak tentang pemasaran kantor saat ini.”
“Oh gitu pak, iya saya ketuanya, kalau boleh tau dimana dan jam berapa ya pak?” Tanya Xaviera sambil menundukan pandangan.
“Jam 8 di ruangan saya.” Melihat ketukan langkah kaki pak barir yang kemudian menghilang,xaviera pun meninggalkan mushola dengan perasaan biasa saja.
Xaviera pun bergegas menyiapkan berbagai dokumen yang akan diberikan kepada pak barir nantinya. Tidak terlintas kecurigaan apapun, karena memang pak barir dikenal sebagai ceo yang selalu melakukan rapat seperti ini kepada devisi apapun. Sesampainya di ruangan Xaviera kemudian disuruh duduk, dan perbincangan dimulai.
Xaviera dengan santai mempresentasikan hasil laporan nya sebagai ketua pemasaran di perusahan tersebut. Penyampaiannya sangat lancar dan penuh tanggung jawab. Semua terealisasi dan memiliki peningkatan yang sangat melonjak. Saat akan membahas projek selanjutnya pak barir menghentikan penjelasan xaviera
“Kamu boleh duduk,” ucap pak Barir. Xaviera pun duduk dan merapikan file-file yang agak berantakan tersebut.
“Xaviera, jadi gini sebelumnya saya sangat berterima kasih karena kerja keras kamu yang sangat menaikkan perfroma perusahan saya dengan sangat baik ini. Kedua sebenarnya tujuan saya manggil kamu disini karena saya mau minta kamu menjadi istri saya…”
Kalimat itu berhasil membuat Xaviera mengangkat kepala, badannya seketika dingin, lidahnya kaku, jantungnya berdegup begitu kencang. Xaviera benar benar tidak menyangka bahwa pak barir melamar dirinya.
“Saya tau kamu pasti terkejut, tapi saya serius, besok kalau kamu mengizinkan saya, saya dateng bersama keluarga saya, mamah, dan papah saya setuju kalau saya akan melamar kamu. Mereka juga tahu bahwa kamu adalah putri dari teman baik orang tua saya.”
Mendengar itu, Xaviera hanya terdiam, dan dengan percaya dia mengiyakan lamaran dari pak Barir tersebut.
Dari pertemuan tersebut, kini Xaviera telah menjadi istri dari seorang kakak kelas dan CEO dari perusahan terbersar di Jakarta. Hidup xaviera benar benar bahagia, karena menikah dengan barir adalah anugra terindah dalam hidupnya, kini xaviera benar benar ditreet like a queen oleh suaminya. dalam benaknya xaviera benar benar bersyukur atas kebahagiaan dalam rumah tangganya. Meski musibah kala itu membuat dirinya sangat hancur dan berantakan, kini allah menghadirkan suami yang membayar tuntas semua kesedihan kala itu.
Penulis: Wan Nurlaila Putri