sumber foto: fimela.com
  • Judul Buku       : Mendaki Tangga Yang Salah
  • Penulis             : Erick Barker
  • Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
  • Tebal               : 360 halaman
  • Jenis Buku       : Non-Fiksi
  • ISBN               : 978-602-03-8817-5
  • Cetakan           : Pertama
  • Tahun              : 2019
  • Perensensi       : Dian Bagus*

Apakah kita sudah benar-benar memahami apa itu sukses? Kata ini kerap kita dengar, lalu terlintas dalam pikiran kita bahwa sukses adalah berhasil dalam segala hal. Namun kebanyakan orang menganggap pengertian sukses ini adalah keberhasilan dalam hal finansial. Padahal, sukses bagi setiap orang mengandung arti beragam. Eric Barker penulis buku “Mendaki Tangga yang Salah” menggambarkan orang sukses sebagai orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Semakin sukses orang itu, sering kali mereka semakin percaya diri. Menurutnya, kesuksesan bukan hasil dari satu kualitas tunggal: ia adalah tentang penyelarasan antara siapa diri kita dan di mana kita ingin berada. Keterampilan yang tepat dalam peran yang tepat.

Buku ini dibuka dengan memperkenalkan olahraga Race Across America (RAAM). Outside Magazine menyatakan bahwa RAAM adalah lomba ketahanan paling keras yang tak ada tandingannya. Para pesepeda berkendara lebih dari tiga ribu mil dalam waktu kurang dari dua belas hari.

Berbeda dengan Tour de France, ada rehat. RAAM tidak pernah berhenti. Setiap menit yang digunakan oleh pesepeda untuk tidur dan istirahat adalah menit yang bisa digunakan untuk mengalahkannya. Kemungkinan untuk menang pun akan menjadi tipis. Walaupun kompetisi ini dinilai sangat sulit, bagi Jure Robic memenangkan kompetisi ini adalah hal yang mudah.

Robic tercatat telah memenangkan 5 kali RAAM. Apa rahasia kesuksesan Robic? Menurut keterangan Dan Coyle, keunggulan Robic di atas pesaingnya adalah ketidakwarasannya. Ilmuwan seperti Philippe Tessie dan August Bier mencatat bahwa pikiran yang tidak waras bisa membantu atlet mengacuhkan nyeri dan mendorong tubuhnya lebih jauh dari batas wajar yang konservatif.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Masih ingat siapa yang sering juara kelas di sekolah/kampus? Bagaimana nasib mereka sekarang? Berapa banyak di antara mereka yang kemudian melanjutkan untuk mengubah dunia, menjalankan dunia, atau mengesankan dunia? Saya terhenyak karena menurut buku ini jawabannya adalah nol. Mengapa demikian? Menurut Karen Arnold, para lulusan terbaik itu cenderung tidak visioner di masa depan, mereka tinggal dalam sistem, bukan mengguncang sistem.

Lebih lanjut, Eric Barker mengamini apa yang disebut Angela Duckworth sebagai grit atau kegigihan yang memiliki dalam kesuksesan seseorang. Andai saja waktu itu Isaac Newton atau Thomas Alfa Edison tidak memiliki grit, bagaimana jadinya dunia ini? Dengan grit mereka bisa mengubah nasib dunia.

Buku ini kaya akan cerita inspiratif. Kita disuguhkan ragam cerita kesuksesan yang diteropong dari berbagai sudut pandang. Buku ini disusun dari banyaknya penelitian tentang kesuksesan sehingga pembaca akan mendapatkan definisi kesuksesan yang beragam.

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Kerja keras menciptakan bakat. Bakat ditambah waktu menciptakan kesuksesan. (hlm. 255)
  2. Kita semua mempunyai batas, dan untuk kehidupan yang utuh, kita membutuhkan karier yang cocok dan orang-orang terkasih yang mendukung. (hlm. 262)
  3. Kesuksesan karier tidak selalu membuat kita bahagia, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan mendatangkan kesuksesan. (hlm. 315)

*Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Tebuireng Jombang.

[fb_plugin comments width=”100%”]