KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah saat menyampaikan sambutan dalam semianr nasional “Harapan dan Tantangan Pesantren di Masa Depan” oleh Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari di Gedung KH.M. Yusuf Hasyim lantai 3 pada Sabtu (28/04/2018). (Foto: Deka)

Tebuireng.online— Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah menyebut, setelah reformasi, pesantren menunjukkan grafik peningkatan yang sangat tajam. Hal ini menurut Gus Sholah membuat munculnya harapannya sangat tinggi dari masyarakat, termasuk dari orang-orang yang selama ini tidak melihat pesantren sebagai sebuah lembaga yang menjadi perhatian mereka.

“Banyak sekali orang-orang yang dari luar kalangan pesantren kemudian mengirim santrinya ke Tebuireng. Saya ambil contoh di Tebuireng ini pernah menerima putranya Radar Panca Buana. Tidak pernah terbayang sebelumnya bagi saya bahwasanya Radar Panca Buana mengirim putranya ke Tebuireng,” ujar Gus Sholah saat menyampaikan sambutan dalam seminar nasional “Harapan dan Tantangan Pesantren di Masa Depan” di Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai 3 pada Sabtu (28/04/2018).

Gus Sholah menjelaskan bahwa pasca era reformasi itu, banyak pesantren-pesantren baru yang muncul dan berkualitas baik. Gus Sholah memberi contoh dengan Madrasah Aliyah Insan Cendekia yang di setiap tahunnya banyak orang yang berebut untuk masuk ke sana dengan rasio satu banding dua puluh atau satu banding tiga puluh.

“Dan sekarang dikembangkan di berbagai kota oleh Kementrian Agama. Kita juga melihat sekolah seperti Amanatul Ummah, kemudian al Hikmah juga mendirikan Pesantren dan lebih banyak lagi,” lanjut Gus Sholah.

“Harapan kepada Pesantren sangat besar. Dan tentunya itu tidak mudah untuk memenuhi harapan itu. Kita perlu bekerja keras dengan serius untuk memperbaiki, tetapi kita juga melihat ada tantangan. Salah satu tantangannya adalah kita selalu menganggap bahwa pesantren itu lembaga yang membentuk karakter,” jelas Gus Sholah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menaggapi asumsi masyarakat bahwa pesantren merupakan lembaga yang membentuk karakter, Gus Sholah menuturkan bahwa perlu adanya survei dari Kementrian Agama untuk membuktikan apakah betul adanya seperti yang telah diharapkan.

Gus Sholah menyontohkannya dengan masalah kejujuranyang disurvei oleh Kompas pada bulan Oktober tahun 2017. Kompas membuat penilaian tentang kejujuran, baik kejujuran siswa atau mahasiswa dan membaginya dalam 4 kategori, yaitu selalu jujur, sering jujur, kadang jujur, selalu bohong, dan sering bohong. Hasilnya menunjukkan, yang selalu jujur prosentasenya 2,3%, yang sering jujur 7,5%, kalau digabung menjadi 10%, yang kadang jujur 50%, yang selalu bohong 5,8%, dan yang sering bohong 30,8%.

Gus Sholah menuturkan bahwa kalkulasi di atas masih sangat umum sekali. “Semestinya  berani untuk membedah diri kita. Nah kalau yang mirip mirip dengan Pesantren, Ulama agamawan sebetulnya,” tambah adik Gus Dur itu.

Survei kejujuran agamawan, bisa pendeta, biksu, dan ulama, yang selalu jujur 18%, yang sering jujur 27%, yang sering bohong 2,1%, yang sering bohong 7,2%, dan yang kadang bohong kadang jujur 39%. Selain itu, Gus Sholah juga berharap ada lembaga yang bersedia melakukan penelitian itu, khususnya di wilayah Jombang sendiri.


Pewarta:            Fitrianti Mariam Hakim

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin