Oleh: Khansa Fauziyah Amany*
Cara pandang masyarakat tentang kesetaraan gender, seperti hak seorang perempuan yang memiliki kesempatan sama dalam kehidupan bersosial atau berkarir seperti laki-laki kini semakin berkembang.
Sudah banyak perempuan yang tampil di publik sebagai seorang figur, perempuan sukses di bidang pendidikan, bisnis, dan lainnya. Meski memang dalam beberapa posisi perempuan masih berada pada bagian kesekian. Dan dalam beberapa hal laki-laki masih menjadi penguasa.
Pada awalnya masyarakat memang masih berpendapat bahwa perempuan harus dilindungi dengan cara tidak membiarkannya terlalu ke luar rumah, misalnya dalam berpendidikan atau dalam ranah lain yang bersifat publik. Pemahaman tersebut berkaitan dengan aturan yang menjelaskan bahwa perempuan tidak boleh bepergian jauh tanpa mahramnya. Norma ini ditujukan agar perempuan itu terjaga dari hal-hal yang tidak berkenan.
Berkembangnya cara pandang dan kondisi sosial membuat pemahaman di atas perlahan ikut berubah pula. Sebab apabila aturan ini tetap dikokohkan, bagaimana nasib seorang perempuan yang ingin menuntut ilmu hingga negeri seberang?
Maka dari itu, kita sebagai seorang perempuan, jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan kepada perempuan dalam sebuah istilah kesetaraan dan keadilan gender yang telah diupayakan oleh para filosof dan ulama.
Perempuan saat ini harus kritis dan cerdas, kreatif dan berpengetahuan. Terus belajar karena kewajiban menuntut ilmu tetap ada, dan seluruh manusia adalah khalifah fil- ardh adalah alasan tepat agar seorang perempuan bersikap mandiri dalam hidupnya. Sebab bagaimanapun seorang perempuan akan menjadi seorang ibu yang merupakan madrasah bagi anak-anaknya.
Kini dengan kemaslahatan yang ada, seorang perempuan telah diberikan lampu hijau dalam mewujudkan keinginannya. Jadilah apa yang dicita-citakan agar dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi kehidupan. Karena khairunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Tidak ada alasan bagi perempuan menyerah dan putus asa dengan berpikir bahwa hanya laki-laki yang berhak berjuang. Saat ini, sudah nampak di mana-mana tidak lagi hanya laki-laki yang sukses dan berjuang, namun seorang perempuan pun bisa melakukan hal yang sama bahkan menjadi pemimpin di ranah publik, seperti kepala desa, gubernur, bupati, bahkan presiden.
Satu hal yang harus tetap dipegang erat di tengah dinamika kehidupan ini adalah iman dan ketakwaan. Tak apa belajar jauh, tak apa memperjuangkan karir asal tetap tafqquh fii- addin.
Takwa berarti menjaga relasi baik dengan Allah SWT dan makhluk-Nya agar bisa menjaga diri dan mengendalikan nafsunya. Dan selalu mengingat bahwa siapapun kita baik laki-laki atau perempuan, yang penting adalah Walibas al- taqwa dzalika khair, pakaian takwa adalah pakaian terbaik.
*Siswi MA Salafiyah Sya’fiiyah Tebuireng.