Pimpinan Ranting IPNU dan IPPNU gelar seminar politik untuk para pelajar NU, sebagai upaya mengenalkan langkah-langkah baik dan positif bagi para pelajar dalam menghadapi tahun politik ke depan, Jumat (1/2/2019). (Foto: panitia)

Tebuireng.online- Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menyelenggarakan seminar politik “Penyiapan Generasi Z dalam Menghadapi Tahun Politik sebagai Pemilih Pemula”. Acara ini menghadirkan Bisri Mustofa, ketua GP Ansor desa Mojoduwur serta ketua majelis alumni IPNU Mojoduwur. M. Ishomuddin Haidar, ketua PC IPNU Jombang/WAKA PW IPNU Jatim. Seminar politik ini berlangsung di Pendopo Balai Desa Mojoduwur, Jumat (1/2/2019).

Ketua IPNU Ranting Mojoduwur, Fani Ardiansyah, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa acara ini disiapkan untuk para pemilih pemula dalam menghadapi tahun demokrasi pilpres dan legislatif serentak di Indonesia, “tujuan diadakaan kegiatan ini agar pelajar masa kini bisa berperan aktif dalam mengikuti tahun politik saat ini,” ungkap pemuda yang sedang duduk di kelas XII MA Roudlotul Ulum tersebut.

Setelah itu tim relawan dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jombang  memberikan sosialisasi mengenai pemilih pemula, relawan tersebut menjelaskan tentang macam macam surat suara dimana pada tahun ini terdapat 5 surat suara dan bagaimana cara memilih ketika di TPS, “saya berterima kasih atas diberikan kesempatan ini untuk mensosialisasikan kepada pemilih pemula,” ujar Wulan salah satu relawan KPUD Jombang.

Bisri Mustofa menyampaikan banyak hal terkait pemilih pemula terhadap pelajar NU ini. Diawal penyampaian materi, ia memulainya dengan pertanyaan, “apa namanya politik?  sama tidak dengan IPNU IPPNU dan organisasi partai-partai?”, tanya Bisri kepada pelajar NU.

Dalam kesempatan itu, Bisri menjelaskan pada para pelajar NU, bahwa yang beda adalah tujuan dari organisasi tersebut. Karena setiap organisasi pasti memiliki tujuan. “Saat ini, pelajar harus melek politik, tidak harus belajar pelajaran saja tapi harus belajar politik. Misalnya pada kegiatan Kasa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) diselingi dengan materi politik. Tetapi, dalam menyampaikan materi politik tersebut disesuaikan dengan materi-materinya, jika tingkat SMP/SMA maka materi-materinya perlu dengan dasar yang benar agar politiknya juga benar,” ungkapnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurutnya, sasaran empuk adalah generasi yang tidak mengerti pijakannya dimana Generasi Z wajib tahu, wajib mengerti arah politik kita bagaimana. Supaya kita paham, kalau kita ini NU sehingga tidak mudah masuk ke organisasi lain.

Dalam waktu yang sama, M. Ishomuddin Haidar mengatakan bahwa sebelum kita membahas peran generasi Z dalam politik. Pertama, kita harus paham dulu generasi Z. Generasi Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1995 sampai tahun 2014, disebut dengan generasi milenial dimana saat era teknologi berkembang pesat.

“Persepsi tentang politik harus kita bangun. Mengubah stigma bahwa politik itu kotor, politik itu tidak baik. Karena semua itu tergantung keputusan politik,” jelasnya kepada pelajar NU.

Haidar mengutip ungkapan dari Sayyidina Ali, bahwa keburukan itu bukan karena keburukan, tetapi karena diamnya orang-orang baik. “Sehingga generasi hari ini tidak boleh golput, tetapi harus punya pilihan menurut kata hatinya,” imbuhnya.

“Batas usia IPNU IPPNU itu sampai 27 tahun. Diusia 17 sampe 27 tahun saya rasa sudah siap menerima materi politik, tetapi tergantung kesiapan psikologis masing-masing dalam menerima materi politik tersebut. Dan jika sudah benar-benar menerima materi politik, maka harus siap menerima perbedaan,” tegasnya.

Pewarta: Izzatul Mufidati

Editor/Publisher: RZ