MASUK PUZZLE MADZHAB YANG MANA

Belakangan muncul usaha penyederhanaan mengelompokkan kecenderungan madzhab pemikiran Islam yang terentang dan diikuti di negeri ini. Paling tidak, berbagai bagai kelompok itu bisa ditunjuk mulai dari yang disebut dengan fundamentalistik dengan tokoh tokohnya seperti Qutub, al-Maududi, Said Hawa, Anwar Jundi dan Sadr.

Ada kelompok tradisionalistik yang disokong oleh tokoh seperti Muthahhari, Nasr, al-Attas, al-Faruqi. Muncul pula kelompok reformistik dengan tokoh tokohnya Hasan Hanafi? Asghar Ali, Bint al-Syathi’, Amina Wadud M Imarah dan Hasan Nawah. Masih ada lagi, kelompok postradisionalistik yang di sini disebut sebut termasuk pemikir pemikir kondang seperti Arkoen, al-Jabiri, Syahrur, A Na’im, Abu Zayd, Mernisi, Najib Mahfudz dan seterusnya. Berikutnya adalah kelompok modrnistik yang didorong tokoh tokoh antara lain Kassim Ahmad, Tayzini, Abdullah Arwi, Fuad Zakaria, Najib Mahmud dan Zurayq.

Memasukkan puzzle magzhab pemikiran Yai Ka’ lebih jika merunutnya melaui khazanah pemikiran ahl al-sunnah wa al-jama’ah. Cukup jelas, pemikiran teologi Yai Ka’ bergerak antara pendulum pemikiran teologis Asy’ariyah dan Maturidiyah. Berayun-ayun, terkadang Asy’ariyah yang berwajah lebih kuat jabariyah dan Maturudiyah yang lebih dekat Qadariyah. Sementara rujukan fiqh beliau “eklektik” dan selalu berhenti di salah satu madzhab mutlak itu.Yang bertaut dengan laku sufistik dan etik-nya Yai Ka’ lebih sangat dengan rupa rupa pemikiran al-Ghazali.

Bagi Yai Ka’ tidak penting ditarik tarik ke dalam puzzle madzhab pemikiran Islam di Indonesia, jauh yang lebih substansial adalah menjalankan produk pemikiran itu sendiri ketimbang berebut yang paling bebar soal madzhab pemikiran Islam. Keberagamaan Yai Ka’ itu tak bergemuruh, namun hening dan mengusir gemuruhnya berbedaan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

(Catatan:  H. Cholidy Ibhar santri Tebuireng angkatan 1970-1980. Kini menjadi Dosen di IAINU dan Direktur Local Govermen Reseach dan Consulting, tinggal di Kebumen Jawa Tengah)