KH. Abdul Hakim Mahfudh (Gus Kikin), Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, dalam acara refleksi resolusi jihad, di halaman Pesantren Tebuireng, Sabtu (21/10/17). (Foto: Kopi Ireng)

Oleh: KH. Abdul Hakim Mahfudz

أَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَعْطَانَا مِنَ النِّعَمِ الَّتِي لّاتُعَدُّ وَلَاتُحْصَى، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدًا لِأَكُوْنَ بِهِ مُحْتَصًا

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَعَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ اللِّقَاءِ، أَمَّا بَعْدُ. أُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ طَغَى

Jamaah Jumah Rahimakumullah

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas anugerah nikmat yang diberikan kepada kita; nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan. Bisa menjadikan kita melaksanakan shalat Jumat di tempat yang mudah-mudahan Allah selalu mencurahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita. Marilah kita selalu mengingat kepada Allah Swt. yang telah begitu banyak menganugerahkan nikmat kepada kita.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Begitu banyak nikmat tersebut bagi kita, sehingga seringkali kita terlena atas anugerah yang tiada terhingga itu. Setelah begitu banyak nikmat yang kita rasakan, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah Swt. takwa dalam arti yang sebenar-benarnya. Yakni dengan melaksanakan semua perintah Allah, serta meninggalkan semua larangan-Nya.

Firman-Nya dalam surah Ibrahim ayat 34:

… وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لَاتُحْصُوْهَا، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ

“…dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat ingkar.”

Ini pernyataan Allah agar kita sadar bahwa sekalipun hidup ini digunakan untuk bersyukur, pasti nikmat Allah tidak akan terbayar. Karena syukur itu sendiri adalah nikmat yang tiada terhingga. Kita juga akan sadar bahwa kalau tidak bersyukur saja sudah dianggap tercela. Apalagi kalau kita ingkar atas nikmat Allah Swt.

Allah juga menegaskan bahwa orang yang bersyukur kepada-Nya, sebenarnya tidak akan berpengaruh sama sekali kepada Allah. Sebab Allah Maha Kaya, yang tidak butuh kepada siapapun. Bahkan hasil syukur itu pun sebenarnya kembali kepada kita sendiri. Begitu juga sebaliknya, orang yang tidak mau bersyukur, akibatnya akan kembali kepada dirinya.

Firman Allah Swt. dalam surah an-Naml ayat 40:

….وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيْمٌ

“.. dan barangsiapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya dan Maha Mulia.”

Jamaah Jumah Rahimakumullah

Kita menyadari bahwa mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap hamba, sebagai ungkapan nyata kesadaran hatinya. Sekali mengungkapkan permohonan untuk bertambahnya kenikmatan Allah. Hal ini telah dijanjikan Allah Swt. sebagaimana dalam surah Ibrahim ayat 7:

.. لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“.. apabila engkau bersyukur, niscaya Aku akan menambahkan kenikmatan bagimu. Dan apabila engkau ingkar, maka siksa-Ku amatlah pedih.”

Salah satu anugerah besar yang diberikan Allah kepada kita dan kaum muslimin adalah bulan Ramadan. Bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah. Bulan dimana kebajikan dilipatgandakan. Derajat diangkat tinggi-tinggi. Dosa-dosa dan keburukan diampuni. Serta kesalahan-kesalahan dibatalkan. Pada bulan itu, pintu-pintu surga dibuka lebar. Pintu-pintu neraka ditutup rapat. Setan-setan diikat.

Barangsiapa yang berpuasa dan shalat malam pada bulan itu karena dorongan iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a. :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّم َمِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Dalam hadis yang lain, Rasulullah Saw. bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّم َمِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa bangun dan mengerjakan salat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Jamaah Shalat  Jumah yang Berbahagia

Marilah kita sambut kehadiran bulan Ramadhan yang akan tiba beberapa hari lagi, dengan gembira, penuh harapan, dan doa. Bulan dimana terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan dimana Allah menjadikan puasa didalamnya sebagai fardhu. Qiyam di malam harinya sebagai tathawwu’. Semoga kita dapat memanfaatkan kesempatan di bulan yang suci ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepada Allah Swt.

Pada bulan (Ramadhan) inilah, umat Islam mendapatkan aneka hibah, kemurahan, dan fasilitas khusus dari Allah Swt. Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahih-nya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ : فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ

“Ketika bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan diikat.”

Sungguh ini kesempatan yang besar dan momen yang mulia. Disitu jiwa akan menjadi jernih, ruh bersemangat dorong ke arah kebaikan begitu banyak. Surga-surga terbuka lebar, dan rahmat Allah turun dengan derasnya. Derajat-derajat terangkat tinggi. Kesalahan-kesalahan terampuni.

Dalam bulan Ramadhan terdapat kesempatan untuk melaksanakan tahajud, tarawih, zikir, dan tasbih. Juga terdapat tilawah, sholawat, kedermawanan, sedekah, doa, ketundukan, dan permohonan yang sungguh-sungguh. Mari kita manfaatkan siang dan malam harinya untuk mengerjakan amal saleh. Memperbanyak melaksanakan perintah-perintah Allah yang seringkali kurang diperhatikan dan memperbaiki apa-apa yang perlu diperbaiki.

Karena dengan semangat dan perasaan semacam itulah, harapan-harapan dapat diwujudkan dan kemuliaan individu maupun masyarakat dapat dikembalikan. Banyak diantara umat Islam yang belum menyadari hakikat puasa, mereka menganggap puasa hanyalah menahan diri dari makan dan minum. Mari kita ingatkan kepada saudara-saudara kita yang berpuasa namun tetap mengumbar ghibah-nya, menggunjing, berdusta, dan melepaskan kendali mata dan telinganya hingga terjatuh dalam perbuatan dosa dan kemaksiatan.

Al-Bukhari dalam kitab shahih-nya menjelaskan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dosa dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh terhadap upayanya meninggalkan makan dan minumannya.”

بَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ واَلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ