Penyair asal Mojokerto yang juga alumnus Tebuireng, Chamim Kohari saat mengisi workshop teater di masjid Trensains Jombok Jombang. (foto: ra)

Tebuireng.online– Workshop Theater salah satu rangkaian Festival Pesantren Tebuireng 2024, yang diinisiasi oleh Ikapete (Ikatan Keluarga Pesantren Tebuireng) sukses digelar di Masjid Pondok Pesantren Sains Tebuireng, Jombang.

Pelatihan yang dipimpin langsung oleh penyair Chamim Kohari itu diikuti oleh sekitar 40 santri Trensains, pada Kamis (2/5/2024) yang berlangsung sukses dan penuh energik.

“Teater itu salah satu cara membentuk diri. Cara penguasaan di panggung teater, jika seseorang sudah menguasai maka akan terbiasa di tengah panggung. Tapi ingat, teater tidak hanya soal panggung,” ungkap Yai Chamim saat berbagi materi teater.

Dalam forum workshop theater, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Jerukmacan Mojokerto itu memberi materi terkait akting di panggung, cara mengatur fokus, meditasi, hingga menyinggung soal penulisan skenario dalam teater atau film.

Santri Putri menyimak materi teater.

“Di sini kan sudah ada pembuatan film, seperti yang dilakukan oleh Rumah Produksi Tebuireng jadi kita bisa mempelajari itu,” ungkapnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tak hanya soal materi teater, penyair asal Mojokerto itu juga menyebut bahwa penyair atau seniman tidak memperhitungkan untung rugi, “seniman itu ikhlas,” tuturnya saat mengisahkan tentang bagaimana perjalanan D. Zawawi Imron saat puisinya pernah ditawar ratusan juta.

Menurutnya, hasil dari workshop ini diharapkan mampu mempraktikkan teatrikal kitab, yaitu kitab yang diteaterkan dan dikembangkan untuk acara lomba atau yang akan dipentaskan. Baginya hal ini agar ilmu yang terkandung dalam kitab bisa tersampaikan melalui gerakan teater.

Selain itu Chamim juga menegaskan tentang bagaimana perjalanan teater atau film yang bagus, “plot yang bagus itu, setelah penonton melihat atau membaca mereka merasa ingin tahu. Sedangkan plot terburuk adalah ketika penonton melihat judul mereka sudah merasa bosan atau bahkan tertebak endingnya,” jelasnya di hadapan santri yang khusyuk menyimak.

Pada kesempatan itu, puluhan santri mendapatkan pelatihan vokal, pernafasan, latihan peregangan otot, melingkar dan melakukan latihan mulai dari memutar ujung kaki, kepala, tangan. Latihan fokus, dengan cara memainkan jari telunjuk sebagai alat fokus untuk ditatap oleh mata. Latihan mimik wajah, mulai dari sedih, marah, senang.

Santri putra menyimak materi teater.

Selain itu, juga mempraktikkan beberapa lakon sebagai pemanasan akting, “ingat, pemain teater itu harus bisa menjelaskan,” tegasnya.

Untuk diketahui, acara workshop teater ini dihadiri oleh 40 siswa dari SMA Trensains yang memiliki bakat teater, perwakilan Osis, dan perwakilan beberapa kelas.

“Kami pilih yang emang bener-bener ada minat dan bibit bakat teater agar pelatihannya mampu diimplemantasikan dengan baik oleh siswa yag bersangkutan,” ungkap ustadzah Zuneti, bagian Kesiswaan SMA Trensains Tebuireng yang saat itu mendampingi peserta workshop.

Pewarta: Albii