Pergunu Jawa Timur menggelar Halaqoh Aswaja di Pesantren Tebuireng, dalam rangka memperingati Harlah ke-96 NU dan Harlah ke-67 Pergunu, Sabtu (23/3/19). (Foto: Azah)

Tebuireng.online– Dalam rangka memperingati Harlah ke-96 NU dan Harlah ke-67 Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Pengurus Wilayah (PW) Pergunu Jawa Timur mengadakan Halaqoh Aswaja dengan tema Seni Mendidik Ala Muassis NU (Bedah Kitab Adabul Alim Wal Mutaallim).

Menurut Sekretaris Umum PW Pergunu Jawa Timur Ahmad Faqih tujuan kegiatan ini untuk menguatkan pemahaman dan amaliyah Aswaja ala NU di kalangan guru NU Jawa Timur. Selain itu, untuk menguatkan kompetensi guru NU, khususnya terkait seni mendidik ala Muassis NU.

“Kita berharap guru di kalangan NU bisa meneladani dan menyemaikan role model pendidikan serta pengajaran ala Muassis NU yaitu KH Hasyim Asy’ari,” katanya, Sabtu (23/3).

Dikatakannya, untuk menghasilkan acara yang berkualitas maka panitia mengundang langsung cucu KH Hasyim Asy’ari yang bernama KH Salahudin Wahid sebagai keynote speaker. Diundang juga Direktur Pusat Kajian Pemikiran KH Hasyim Asy’ari Mifrohim dan Peneliti Pemikiran KH Hasyim asyari yaitu H. Muhibbuddin Zuhri. Dan ditambah akademisi Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng KH. A Musta’in Syafi’ie.

“Pesertanya sekitar 400 orang dan ditambahi delegasi Pergunu Kabupaten dan Kota se-Jawa Timur. Sebelum memulai acara, peserta kita ajak ziarah ke makam KH Hasyim Asy’ari dan tahlil bersama,” tambahnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sementara itu, Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid dalam pemaparannya mengatakan bahwa pendidikan Indonesia saat ini, jauh tertinggal dibanding negara-negara maju.

“Dibandingkan negara maju, banyak hal yang perlu kita perbaiki dalam masalah pendidikan di Indonesia. Mulai kebijakan, kesejahteraan guru dan skill guru masih rendah,” beber adik kandung Gus Dur ini.

Pengasuh pesantren yang akrab disapa Gus Sholah ini menjelaskan salah satu kata kunci untuk mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia ini yaitu dengan peningkatan kompetensi guru. Hal ini agar mampu menyajikan pendidikan yang berkualitas kepada para murid.

“Kunci utama pendidikan berada pada pendidik. Makanya pendidik atau guru harus berkualitas,” ujar Gus Sholah.

Selaras dengan Gus Sholah, KH. A Musta’in Syafi’ie mengatakan bahwa sebenarnya guru Nahdlatul Ulama sudah punya pegangan khusus dalam mendidik. Yaitu sebuah kitab yang berjudul Adabul Alim wal Muta’allim karya pendiri NU KH Hasyim Asyari.

“Dalam kitab Adabul Alim wal Muta’allim karangan KH Hasyim Asyari, menegaskan bahwa dalam mendidik harus mengedepankan adab dibanding ilmu, mengedepankan keimanan dari pada syariah,” bebernya.

Ditambahkannya, hal lain yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah menganggap peserta didiknya sebagai anak. Sehingga hubungan yang dibangun adalah antara anak dan orang tua. Kalau hubungan yang dibangun begitu, maka seorang guru akan berusaha sekuat tenaga mendidik muridnya.

Dalam bahasa lain, guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada murid. Tapi juga memperhatikan adab murid dan terus membimbing murid tanpa rasa mengelola atau bosan. Karena mengajarkan adab butuh waktu yang lama.

“Guru itu tidak hanya menyampaikan informasi tapi lebih dari itu. Sebagai orang tua. Kita juga ingin anak kita dididik oleh guru yang baik. Begitu juga orang tua murid,” tandasnya.

Pewarta: Syarif Abdurrahman
Publisher: RZ