Sumber foto: www.google.com

Oleh: Vevi Alfi Maghfiroh*

‘Tidak ada kenyamanan dalam zona pertumbuhan, tak akan bertumbuh pada zona nyaman’ kalimat ini secara tidak langsung menyematkan pesan bahwa sungguh tidak akan ada perubahan manakala tidak ada tekanan yang dirasakan. Hal ini sejalan dengan sebuah istilah ‘Pelaut tangguh tidak lahir dari laut yang tenang.’

Para pelajar tidak akan belajar sungguh-sungguh tanpa adanya tugas dan ujian. Para pekerja tidak akan berintegritas dan terampil tanpa adanya tugas dan kerjaan yang harus diselesaikan.

Itulah mengapa tekanan tak selamanya sebagai momok yang menakutkan, melainkan diperlukan dalam dinamika kehidupan. Tekanan (stress) merupakan bentuk reaksi psikologi yang normal terjadi jika terdapat peningkatan beban kehidupan.

Stress tersebut timbul sebagai peringatan bagi diri kita sendiri bahwa otak mengalami tekanan yang berlebihan. Namun stress bukan menjadi hal buruk manakala kita bisa mengolahnya dengan benar. Terdapat istilah Stress Management dalam mengolah tekanan dalam pekerjaan maupun lainnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurut Munandar, Seorang pakar ahli mengartikan manajemen stress sebagai usaha untuk mencegah timbulnya strees, meningkatkan ambang stress dari individu, dan menampung akibat fisiologikal dari stress.

Manajemen ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup dari tiap-tiap individu untuk menjadi lebih baik dan tidak mudah tertekan pada setiap tuntutan yang ada.

Intisari dari beberapa sumber, terdapat beberapa cara untuk mengelola tekanan sebagai pembelajaran kehidupan, antara lain: Menyadari segala sesuatu tidak ada yang kebetulan (No Coincident) Saat kita berada pada tekanan-tekanan kehidupan (sress), maka yang harus dilakukan adalah menyadari bahwa Tuhan tidak akan memberikan beban apapun kepada manusia di luar ambang batas kemampuannya.

Pemahaman seperti ini sudah dijelaskan Tuhan pada surat Al-Baqarah ayat 286, La Yukallifullaha Illa wus’aha. Dalam keadaan tertekan, kita harus menggenggam kuat pemahaman bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini, jika kita dibebani beban berat, itu berarti Tuhan pasti sudah menakar kemampuan kita.

Ini adalah kehendak_Nya yang harus dijalani hamba-Nya. Maka cara terbaiknya adalah menjalani kehendak tersebut dengan sebaik-baiknya. Dengan ikhtiar yang maksimal dan berserah diri apapun hasilnya nanti, memudahkan kita untuk mengatasi sebanyak apapun tekanan dan kesibukan yang dijalani dalam hidup.

Dengan prinsip ini, akan lahir jiwa-jiwa yang tumbuh dan tangguh dalam mengarungi lika-liku kehidupan. Memahami setiap tekanan adalah pembelajaran (Every stress is learning) Keyakinan dan pikiran positif sangat berpengaruh besar dalam mengatasi tekanan dalam kehidupan.

Seperti yang kita ketahui, terdapat organ yang sangat mempengaruni baik tidaknya diri, yakni hati. Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa Idza shaluhat, shaluha al-jasad kulluhu, wa idza fasadat fasada al-jasadu kulluhu, alaa wahiya al-qalbu. Hati menjadi pusat parameter baik buruknya manusia, maka dalam keadaan tertekan, upayakan untuk tetap berprasangka baik (husnudzan) terhadap ketetapan Tuhan.

Selain mengelola hati, pikiran juga harus tetap berpikir logis dengan tidak larut dalam beban yang ada. Melainkan harus bisa mengubah tekanan sebagai kekuatan. Kita harus yakin bahwa setiap tekanan dalam hidup selalu mengandung pembelajaran dan hikmah.

Maka mulai hari ini, kita harus yakin bahwa setiap tekanan dalam hidup adalah desain Tuhan untuk menjadikan hamba-Nya tangguh. Dan di setiap tekanan yang ada pasti mengandung hikmah dan pembelajaran di dalamnya. Wallahu a’lam bi as-shawab.

*Alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.