Sumber foto: cnnindonesia.com

Oleh: Firda Dwi Lestari*

Beragam tradisi untuk merayakan lebaran hari raya Idul Fitri, salah satunya adalah dengan disusul lebaran ketupat yang merupakan momen lebaran hari ke-8 di bulan Syawal atau yang disebut syawalan. Perayaan ini sebagai apresiasi kepada umat Islam yang menjalankan puasa usai Idul Fitri. Lebaran ketupat sudah menjadi tradisi sejak dulu di seluruh wilayah Indonesia yang sudah diakulturasi dari kebudayaan Indonesia dan Islam.

Di sini penulis berpikir, kenapa ketupat ya? Nah jadi kata ketupat dalam arti Jawa, memiliki makna khusus. Ketupat atau biasa dilafad kupat merupakan kependekan dari ngaku lepat artinya mengakui kesalahan dan laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku lepat. Saat lebaran tiba, momentum saling memaafkan dan bertamu atau bermain dan berkumpul dengan  keluarga, kerabat serta orang yang ada di sekitar kita. Dalam adat Jawa seseorang yang lebih mudahlah yang meminta maaf kepada orang yang lebih tua. Dalam bahasa Jawa meminta maaf berarti sungkem. Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa dengan menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Sedangkan laku papat yang mengartikan ada 4 tindakan yaitu yang pertama lebaran menandakan sudah berakhirya waktu puasa dan berada di hari kemenangan. Yang kedua luberan yang berarti meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin mengeluaran zakat fitrah serta bersedekah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Yang ketiga leburan maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain. Yang keempat yaitu laburan berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.

Adapun dari segi filosofinya, ketupat terbuat dari janur yaitu daun dari jenis palma seperti kelapa yang masi muda, kemudian dianyam hingga membentuk pola ketupat, pola yang sedikit rumit itu memiliki arti bahwa kehidupan penuh dengan lika-liku yang harus dihadapi dengan pantang menyerah dan penuh kesabaran. Kemudian ketupat diisi dengan beras dan  dimasak hingga bulir beras menyatu satu sama lain dengan harapan agar selalu diberi kemakmuran dalam kehidupannya.

Lalu, mengapa kupat dibungkus janur? Janur diambil dari bahasa Arab “Ja’anur” (telah datang cahaya). Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia, jika seseorang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, putih dan bersih hati yang tanpa iri dan dengki.

Lepet, mangga dipun silep ingkang rapet yang dalam bahasa Indonesia mari kita tutup yang rapat. Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

Budaya lebaran ketupat ini dikenal dari Sunan Kalijaga Raden Mas Said, salah seorang dari Wali Songo. Dalam Islam kita dianjurkan puasa sunnah 6 hari dari hari kedua di bulan Syawal hingga hari ke-7 buan Syawal, karena itu lebaran ketupat diistilahkan sebagai hari raya kedua yang bertepat di hari ke-8 bulan Syawal. Selain mengandung nilai budaya lokal, betapa besar peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam.

*Mahasiswa Unhasy Tebuireng.