Oleh: Dimas Setyawan*
Akhir-akhir ini telinga kita sangat populer dengan istilah generasi stroberi. Generasi yang disandangkan pada kaula muda saat ini. Generasi stroberi atau strawberry generation merupakan ungkapan yang ditujukan kepada anak muda, yang aktif dan kreatif pada berbagai bidang. Selain itu, generasi ini biasanya sangat mudah rapuh ketika berada dalam satu fase yang mengguncang perihal psikisnya.
Pada awalnya istilah ini sudah muncul di Taiwan dalam menandakan generasi yang lahir pasca tahun 1981. Tetapi pada perjalananya, istilah ini lebih dikenal dengan penyebutan dan merujuk pada anak muda generasi milenial yang dianggap lunak seperti buah stroberi pada umumnya.
Mengutip dari buku strawberry generation karya Prof. Rhenald Kasali, sejatinya generasi stroberi adalah orang-orang yang dipenuhi dengan gagasan kreatif, tetapi pada sisi lain mereka mudah menyerah dan sakit hati. Hal ini bisa berangkat dari didikan orang tua yang tidak bisa bersikap “keras” lantaran anak bisa merasakan disakiti hingga berakhir cenderung membantah orang tuanya.
Bila dicermati, generasi stroberi selalu ingin mendapatkan sesuatu secara instan dan cepat. Padahal, tidak semua yang ada di dunia ini bisa didapatkan secara instan. Terdapat sebuah proses panjang yang harus dilewati untuk mencapai kesuksesan.
Hal tersebut juga menjadi sebuah penyebab utama generasi stroberi memiliki karakter yang mudah terkena psikisnya. Karena mereka hidup serta tumbuh di lingkungan yang lebih secure dan serba mudah. Bahkan didikan dari seorang orang tua yang cukup overprotective justru membuat mereka generasi-generasi stroberi tidak terbiasa dikritik, hingga menghindari hal-hal yang dianggap sulit.
Selain dianggap generasi yang lembek layaknya stroberi atau dianggap sebagai generasi yang tidak biasa mendapatkan kritik, generasi ini juga biasa dianggap sebagai generasi yang pemalas. Karena rata-rata generasi stroberi ingin menggapai kesuksesan dengan bersantai dan tidak ingin sulit. Padahal untuk menggapai kesuksesan diperlukan sebuah semangat juang yang tinggi.
Kalimat-kalimat yang biasa dilontarkan oleh generasi stroberi dan menjadi andalan mereka seperti “healing” atau “refreshing”. Memang betul dalam sebuah perjalanan sebuah proses atau karir kita harus menyimbangnkan antara bekerja dengan refreshing, tetapi bukan berarti justru lari dari masalah.
*Mahasantri Tebuireng.