![](https://tebuireng.online/wp-content/uploads/2023/06/cahaya.jpeg)
Oleh: Albii*
Menenun Cahaya Ketulusan
Dalam senyum yang mengikat
antara hangat harapan dan kasihnya
seseorang telah bertemu dengan cahaya
yang membuatnya sejenak lupa pernah terluka
sementara, ia menemukan kebahagiaan
melihat ketulusan yang hendak mencintainya
dan memberinya kehangatan yang sempurna
tapi kini ia tersadar jauh
tak ingin jatuh
pada tawa sesaat, sebab tak ada yang abadi
di dunia ini kecuali keabadian itu sendiri
sebilah senyumnya miris mengingat luka yang
nyatanya belum benar-benar sembuh ia obati
meski pun begitu, ia masih melafal syukur
Tuhan memberinya kembali yang pernah pergi
dalam wujud beda
dengan bahagia serupa
; dan ia mengerti bahwa ketulusan itu
cukup untuk ia miliki
walau tak abadi.
—————————————————-
Berjalan di Kegelapan
Penyembuh luka itu datang
menawarkan banyak warna
menunjukkan banyak arah
dan mengembalikan senyumku yang pernah sirna
kata orang,
tak ada sesuatu pun yang setia
tetapi ia meyakinkan kelak akan hadir
rembulan yang terus menuntun jalanku
menyelamatkanku dari gulita
langit pun tersenyum, hati ceria
kini kuberjalan di jalanku penuh kepastian
nanti, akan sampai dan
bertemu dengan teman setia.
—————————————————–
Sore yang Indah
Sore sangat indah oleh keunikan semalam
suasana teduh mencari mentari yang dalam
angin sepoi-sepoi menenangkan hati berdebar
rona bulan menjadikanku tenang, bahagia di sana
setelah semua yang sudah kulihat hari ini
semuanya cepat berlalu, ku terhenyak di sana
waktu begitu singkat
mengingatkanku bahwa ini hanya sementara
membuat hati bergetar
mengharapkan keajaiban yang mungkin bisa terjadi
mentari akan bersinar dan membasahi hari yang kelam dan gelap ini
membuat kita berkata:
“Malam yang indah, semoga semuanya terjadi saat ini.”
*Mahasiswa KPI Unhasy.