Salah satu karunia terbesar yang Allah takdirkan kepada manusia adalah diberikannya akal. Akal yang ada pada manusia tidak secara otomatis dapat bekerja dengan maksimal. Akal yang Allah karuniakan kepada manusia harus diberi asupan berupa ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Tanpa ilmu akal tidak akan bisa beroperasi dengan maksimal. Akal sendiri merupakan cerminan seseorang. Semakin banyak seseorang memberikan asupan untuk akalnya, maka akan semakin baik pula perangainya.

Sebagai hamba yang baik sudah seharusnya manusia memenuhi hak-hak akal. Salah satu haknya adalah mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat tidak bisa diraih dengan hanya sekedar menempuh pendidikan pada jenjang formal. Ada hal-hal yang harus diperhatikan agar pendidikan yang diraih tidak menjadi sia-sia dan dapat bermanfaat bagi diri sendiri serta orang lain.

Seiring berkembangnya zaman kebutuhan akan pendidikan formal kiat meningkat. Sekolah-sekolah dibangun dan tersebar di seluruh penjuru. Namun satu hal yang seringkali luput dalam pendidikan adalah esensi pendidikan itu sendiri. Seringkali pendidikan hanya dijadikan jembatan untuk meraih ijazah, gelar, dan juga jabatan. Padahal pendidikan yang kita jalani, kesulitan yang kita hadapi dalam menuntut ilmu, dan beragam rintangan lain yang kita temui akan dibalas kebaikan oleh Sang Pemberi Akal.

Pendidikan yang dijalani dengan niat yang baik akan menghasilkan ilmu yang bermanfaat. Kebermanfaatan ilmu itu akan membuat seseorang menjadi lebih terdidik baik dalam pemikiran maupun dalam bersosial. Ilmu yang bermanfaat juga akan mengantarkan seseorang menjadi lebih taat pada Pencipta-Nya. Hidup yang kita jalani bukan hanya sekedar untuk meraih gelar dan bekerja. Pada kehidupan selanjutnya akan ada hari dimana semua manusia dimintai pertanggung jawaban atas apa yang telah dikaruniakan kepadanya. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Isra ayat 36:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Oleh karena itu hiduplah dengan sebaik-baiknya. Hiduplah dengan menjadi sebaik-baik hamba Allah. Hiduplah dengan terus menerus membekali diri dengan ilmu. Tentunya tidak ada manusia yang hidup dengan penyesalan. Jangan sampai kita menyesal karena tidak memahami esensi dalam pendidikan.

Tujuan Menuntut Ilmu

Ada beberapa tujuan dalam menuntut ilmu dalam Islam. Adapun tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

Tujuan Beribadah Kepada Allah

Tujuan utama dalam pendidikan adalah untuk beribadah kepada Allah. Akal yang dibekali dengan pendidikan yang baik akan menghasilkan akhlak yang baik. Bukan hanya kepada sesama manusia tetapi juga kepada Sang Pencipta. Menyadari betapa besarnya karunia akal tentu akan membuat semua manusia ingin memaksimalkan rasa syukurnya. Bentuk Syukur tersebut bisa diwujudkan dengan menuntut ilmu dan memenuhi hak-hak akal.

Allah berfirman dalam Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia dan jin diciptakan adalah untuk beribadah. Apa-apa yang dikerjakan adalah untuk meraih ridha dan Rahmat Allah. Begitu pula dengan menuntut ilmu. Mengenyam pendidikan atau menuntut ilmu tentu harus didasari dengan niat beribadah kepada Allah. Dengan memaknai tujuan menuntut ilmu kita bisa meraih kebermanfaatan dari ilmu.

Memperoleh Kebaikan Dunia dan Akhirat

Memaknai tujuan pertama dalam menuntut ilmu sama dengan mencapai tujuan-tujuan selanjutnya. Memaknai tujuan beribadah kepada Allah, akan membuat seseorang memeroleh kebaikan dunia dan akhirat. Sejatinya manusia memang menyukai pujian manusia. Namun salah satu hal yang menjadikan ilmu itu gagal adalah salahnya niat manusia. Kesalahan yang sering dilakukan oleh manusia adalah manusia seringkali mengharapkan pujian manusia atas sesuatu yang dilakukan. Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin berkata:

اعلم أن أكبر الناس إنما هلكوا بخوف مذمة الناس وحب مدحهم فصار حركاتهم كلها موقوفة على ما يوافق رضا الناس رجاء للمدح وخوفا من الذم وذلك من المهلكات فيجب معالجته

Artinya: “Ketahuilah! Mayoritas manusia telah binasa karena takut celaan manusia, dan menyukai pujian mereka. Hingga semua kegiatan yang dia lakukan terbatas sesuai dengan apa yang dilakukan oleh manusia, karena dia selalu berharap pujian dan takut celaan dari manusia. Penyakit ini termasuk yang membinasakan olehkarena itu, wajib untuk diobati.

Tujuan Untuk Menjadi Khalifah Allah

Sebagai hamba Allah yang dibekali dengan kesempurnaan berupa akal, sudah seharusnya manusia saling mengingatkan dalam hal kebaikan, menjaga bumi Allah dan juga melestarikan ajaran-ajaran agama Allah. Penting untuk kita ketahui bersama bahwa menjaga bumi Allah bukan hanya sekedar tentang menjaga keindahan bumi. Namun menjaga bumi Allah juga berarti tidak berbuat maksiat di bumi yang telah Allah ciptakan. Allah berfirman dalam QS. Ar Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Berdasarkan ayat tersebut bisa kita pahami bahwa salah satu penyebab terjadinya kerusakan adalah karena dosa manusia itu sendiri. Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi mengatakan “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada Allah Ta’ala)”

Penulis: Robithah Aulia