Oleh: Firda Dwi Lestari*
Secara umum pendidikan dipahami sebagai proses pembelajaran yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan seseorang. Pendidikan merupan proses mentransfer ilmu atau bimbingan yang diberikan dari orang yang ahli dibidangnya dan diberikan kepada orang lain. Sedangkan dalam prosesnya pendidikan dibedakan antara pendidikan formal dan nonformal.
Seperti yang kita ketahui pendidikan formal memiliki beberapa jenjang dan wajib kita tempuh selama 12 tahun di Indonesia. Negara ini juga memfasilitasi bagi masyarakat menengah ke bawah dan siswa berprestasi untuk menunjang semangat berpendidikan, seperti beasiswa. Namun dalam proses pembelajaran ada banyak kendala, terutama pada kemampuan belajar siswa.
Beberapa siswa mengalami kesulitan saat belajar, materi yang diberikan guru di sekolah sulit untuk dipahami, sehingga mengakibatkan kesulitan pada diri siswa untuk menyelesaikan latihan tugas, maupun ujian.
Untuk mengatasi problem tersebut, guru membuat evaluasi baik dari teori, metode, serta media pembelajaran dengan selalu berinovasi untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa, dan mencari solusi terhadap permasalahan kemampuan siswa. Dengan menggunakan metode pendekatan individu, diketahui bahwa ternyata ada factor lain yang mempengaruhi kemampuan belajar siswa salah satunya faktor lingkungan dan hereditas (penurunan sifat genetik dari orang tua ke anak).
Pendidikan yang melingkup pada lingkungan, misalnya di sekolah siswa bergaul dengan teman yang suka bermain, maka ia akan menghabiskan waktunya untuk bermain. Nah dalam hal ini ternyata lingkungan memiliki pengaruh penting terhadap kemampuan belajar siswa.
Faktor lingkungan terhadap pendidikan terbagi menjadi 3 bagian. Lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga.
Di dalam lingkungan sekolah, siswa tidak hanya belajar, tidak selalu bersama guru meskipun guru memiliki peran dan tanggung jawab ketika di sekolah. Siswa akan mendapatkan belajar bersama teman, baik pembelajaran berkelompok maupun adanya tutor sebaya. Terlepas dari itu ketika jam istirahat siswa akan sepenuhnya bersama teman-temannya, untuk makan bersama, membaca buku di perpustakaan, maupun bermain di halaman sekolah.
Terlepas dari lingkungan sekolah, ada lingkungan masyarakat. Siswa merupakan salah satu masyarakat yang tentu memiliki kehidupan sosial. Selain di sekolah dan di rumah, lingkungan masyarakat memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang siswa. Misalnya dalam hal berinteraksi dengan orang lain, memahami nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, tata berbicara hingga berprilaku.
Adapun faktor lain yaitu lingkungan keluarga. Siswa akan banyak menghabiskan sebagian waktunya bersama keluarga. Keluarga merupakan pendidikan pertama seorang siswa, terutama dari kedua orang tuanya. Orang tua harus mampu menciptakan lingkungan keluarga yang baik dan dapat menunjang pendidikan siswa. Peran orang tua yang di perlukan ketika di rumah, menciptakan lingkungan belajar dengan mengawasi serta membatasi jam bermain siswa. Maka terbentuknya karakter atau kepribadian seseorang (siswa) didapatkan dari berbagai lingkungan: sekolah, rumah, dan masyarakat.
Peran orang tua dalam menciptakan nuansa belajar di rumah sangat diperlukan, selain itu kemampuan belajar siswa juga dipengaruhi oleh hereditas. Hereditas merupakan sifat bawaan yang diturunkan oleh orang tua kepada generasinya atau anaknya. Secara terminologi hereditas merupakan transmisi antara orang tua dan anak. Dalam proses pewarisan (sifat bawaan yang diturunkan), melibatkan pewarisan sifat-sifat yang dikodekan dalam DNA, yang terletak pada kromosom dalam sel-sel organisme atau sel-sel manusia genetik.
Hereditas tersebut mempengaruhi baik segala potensi, fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma).
Dalam beberapa faktor penyebab hambatan siswa dalam belajar yang sudah dibahas sebelumnya, maka dapat dicarikan solusi alternatif untuk memperbaikinya. Salah satunya yaitu guru akan senantiasa mengupayakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga mudah dipahami dan dicerna dengan baik. Selain guru, orang tua juga harus senantiasa mengontrol kemampuan siswa, dan menciptakan suasana dan lingkungan yang menunjang untuk siswa belajar. Dengan segala upaya yang diberikan siswa akan terdorong akan terus bersemangat dalam belajar.
*Mahasiswa PGSD Unhasy.