Perempuan adalah makhluk yang tak pernah habis untuk dibahas dan didiskursuskan. Begitu pula di bidang media, media memiliki pengaruh dan peran dalam membentuk cara pandang masyarakat terhadap perempuan. Dalam banyak kasus, perempuan sering kali digambarkan secara stereotip, misalnya sebagai objek seksual, ibu rumah tangga, atau korban. Representasi semacam ini dapat memperkuat pandangan tradisional tentang peran gender dan membatasi potensi perempuan. Perempuan tidak hanya menjadi konsumen media, tetapi juga produsen konten.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak perempuan yang terlibat dalam produksi film, iklan, jurnalisme, dan media digital. Ketika perempuan terlibat dalam pembuatan konten, mereka lebih cenderung mengusung narasi yang lebih beragam dan realistis, memperkenalkan karakter perempuan yang lebih manusiawi dan tidak terjebak dalam stereotip.
Salah satu sutradara dan produser perempuan seperti Ava DuVernay dan Shonda Rhimes telah membawa perubahan besar dengan menghadirkan cerita-cerita yang menampilkan perempuan dalam peran-peran yang kuat, cerdas, dan penuh warna. Meskipun ada perubahan yang positif, industri media masih didominasi oleh pria, yang seringkali menghambat terciptanya representasi yang sepenuhnya adil dan setara.
Dalam konteks ini, media memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan perubahan sosial. Media bukan hanya mencerminkan realitas, tetapi juga membentuknya. Representasi perempuan dalam media tidak hanya mempengaruhi bagaimana perempuan dipandang oleh masyarakat, tetapi juga bagaimana perempuan memandang diri mereka sendiri.
Baca Juga: Citra Perempuan di Media Massa hingga Media Sosial
Oleh karena itu, penting bagi industri media untuk terus berupaya memperbaiki cara mereka merepresentasikan perempuan, dengan menggambarkan mereka secara lebih beragam, lebih kompleks, dan lebih manusiawi. Seiring dengan terus berkembangnya kesadaran akan pentingnya representasi yang inklusif, kita bisa berharap bahwa media akan semakin mampu menyajikan gambaran yang lebih adil tentang perempuan, yang mencerminkan keberagaman pengalaman dan identitas mereka.
Representasi stereotipikal dan terbatas, seringkali, media mengedepankan citra perempuan dalam peran-peran tradisional yang terbatas, seperti sebagai ibu rumah tangga, objek seksual, atau sebagai karakter yang bergantung pada pria. Perempuan dalam iklan, film, dan serial sering digambarkan sebagai sosok yang memperjuangkan kecantikan fisik, sering kali dengan penekanan pada tubuh ideal atau penampilan sempurna. Stereotip ini memberi tekanan pada perempuan untuk mencapai standar kecantikan yang tidak realistis, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada masalah citra tubuh dan rasa percaya diri.
Peran perempuan dalam narasi sosial, media juga telah menjadi alat untuk memperkenalkan representasi perempuan yang lebih kompleks dan beragam. Dalam beberapa tahun terakhir, ada tren yang lebih inklusif di mana media mulai menunjukkan perempuan dalam berbagai peran yang lebih kuat dan beragam. Misalnya, dalam banyak film dan serial TV, perempuan mulai digambarkan sebagai pemimpin, ilmuwan, atau karakter yang memiliki kekuatan emosional dan intelektual. Meskipun perubahan ini positif, representasi ini masih sering terjebak pada kerangka tertentu, seperti penggambaran perempuan yang harus “tangguh” atau “mandiri” tanpa memperlihatkan kerentanannya.
Media sosial dan perempuan, dengan kemunculan media sosial perempuan sekarang memiliki platform untuk menyuarakan pendapat dan berbagi cerita mereka, serta memperjuangkan representasi yang lebih autentik. Platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok memungkinkan perempuan untuk menampilkan diri mereka secara lebih beragam—menampilkan kecantikan alami, berbagai tipe tubuh, serta cerita hidup yang lebih realistis dan inklusif. Namun, sisi negatifnya adalah media sosial juga sering memperburuk tekanan terhadap penampilan fisik, di mana standar kecantikan tertentu sering kali dipromosikan melalui foto-foto yang disunting atau tidak realistis.
Baca Juga: Tubuh Perempuan vs Fatwa “Siapa yang Berhak Mengatur?”
Perempuan sebagai konsumen dan produsen media. Perempuan juga semakin menjadi konsumen dan produsen konten media yang berpengaruh. Banyak perempuan yang sekarang mengarahkan industri media, mulai dari dunia jurnalisme hingga pembuatan film dan periklanan. Ketika perempuan terlibat dalam pembuatan konten media, sering kali mereka berusaha untuk menciptakan representasi yang lebih adil dan mendalam dari diri mereka sendiri. Namun, industri media yang didominasi oleh pria tetap menjadi tantangan untuk mencapai perubahan yang lebih besar.
Meskipun ada perkembangan yang positif, representasi perempuan dalam media masih jauh dari ideal. Media memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi publik dan memperkuat stereotip, tetapi juga dapat menjadi alat untuk mendorong perubahan positif, menciptakan representasi yang lebih inklusif dan beragam. Penting untuk terus memperjuangkan representasi perempuan yang lebih luas, yang tidak hanya menampilkan mereka dalam peran-peran tradisional, tetapi juga sebagai individu dengan cerita, emosi, dan kompleksitas yang kaya.
Oleh: Munawara, Dosen KPI Unhasy.