Tebuireng.online- “Kita berpikir kok langkahnya sangat berat, tapi dari Desa Padas mau memulai. Berbekal sosialisasi kecamatan, kemudian kami mau memulai dari tingkat RT. Mau mengumpulkan sampah berupa botol. Kendalanya di desa, daerah masih hutan hingga sampahnya kebanyakan dari sampah organik. Selain itu, warga yang belum sadar edukasi sampah. Bagaimana cara mengatasi ini semua?” tanya salah satu ibu PKK dari Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan saat kegiatan kaji banding di Bank Sampah Tebuireng, Senin (02/12/2024).
Mudir Pemeliharaan Lingkungan, Gus Bambang Harimurti menjawab bahwa mengurus sampah memang berat. Eropa yang dilihat kinclong itu perlu 50 tahun untuk bersih. Sebenarnya, masyarakat sadar tapi tidak paham. Mereka tahu kalau dilarang buang sampah sembarangan tapi bingung cara mengolahnya. Sudah betul langkahnya dengan pilah plastik.
“Dimulai dari mana? Dimulai dari ndalem panjenengan (rumah anda) sampah organik di buang ke jublangan sudah benar tapi sampah plastiknya dipisah,” jawabnya.
Direktur BST Ahmad Foozan menambahkan jawaban bahwa untuk menggerakkan ibu-ibu itu mulai dengan komunitas-komunitas. Ada PKK, Posyandu dan lain-lain. Tinggal di woro-woro terus menerus. Mindset-nya yang perlu dirubah.
“Misal dijadwalkan pada lomba 17 Agustus membuat kreasi dari sampah. Kalau hanya memilah sampah nanti dikira pemulung, tapi juga perlu edukasi. Ini memeng berat, tapi menjadi ringan jika dilakukan bersama,” ucapnya.
Di samping itu, Ibu Camat Kedungjati, Ibu Kuspriyati, menceritakan latar belakang kaji banding ini. Ia mengetahui informasi melalui website BST di internet dan eksistensinya. Riwayat di medsos cukup bagus, akhirnya kami datang ke sini. BST ini juga sudah mendapatkan sejumlah penghargaan.
“Kami bersama ibu-ibu PKK bertujuan untuk menimba ilmu untuk kita implementasikan di tingkat desa, kita berharap nanti dimulai dari tingkat RT dan RW. Niat kesini untuk meningkatkan ilmu kami dalam pengolahan sampah, kami ingin mengetahui lebih dalam mengenai bank sampah,” ucapnya.
Setelah mengikuti kegiatan ini, ia sangat mengapresiasi BST. “Luar biasa pengurusnya, terutama pak direkturyang mampu melihat segala aspek untuk berjuang mendirikan bank sampah ini. Tidak semata-mata melihat nilai rupiah tapi lebih kepada kesalehan lingkungan. Para pengurusnya pun mau belajar untuk membentuk bank sampah ini,” katanya.
Ia melanjutkan, kemudian ada ruang edukasi bank sampah, karena sudah diakui keberadaannya sehingga perusahaan tidak sungkan untuk memberikan bantuan.
“Berharap ruang edukasi nanti lebih bermanfaat bagi lembaga pendidikan. Yang luar biasa lagi meskipun nilai ekonomi yang didapat tidak seberapa, tapi mampu membuka lapangan pekerjaan. Luar biasa untuk Bank Sampah Tebuireng. Tetap eksis dan semangat lagi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Semoga nanti dari dinas instansi terkait sampai kementerian lebih semangat lagi membimbing kemudian ada pemikiran yang alokasikan ke bank sampah,” harapnya.
Baca Juga: Direktur BST Kupas Kunci Sukses Manajemen Bank Sampah
Pewarta: Aulia