Al-Quran yang tidak didahului oleh buku ilmiah lainnya, telah menyebutkan fakta-fakta sains berabad-abad sebelum ditemukan oleh manusia, salah satunya dalam ilmu botani. Allah dalam al-Quran surat al-An’am ayat 95 menjelaskan Ia Yang Maha Kuasa menumbuhkan makhluk hidup dari benda mati dan sebaliknya menjadikan sesuatu yang mati dari makhluk hidup. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:
اِنَّ اللّٰهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوٰىۗ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ۗذٰلِكُمُ اللّٰهُ فَاَنّٰى تُؤْفَكُوْنَ ۞
Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir dan biji. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah. Maka, bagaimana kamu dapat dipalingkan? (QS. al-An`am [6]: 95)
Penjelasan Tafsir Ayat
Ayat ini sejatinya menjadi pertanyaan kepada mereka yang masih menyekutukanNya, mengapa mereka menyimpang dari ibadah yang benar yaitu menyimpang dari agama tauhid. Padahal kalau mereka mau memperhatikan kejadian alam semesta ini, niscaya mereka mengetahui bahwa perbuatan mereka itu adalah perbuatan yang tidak benar.
Sebagaimana Hamka dalam penafsirannya menuturkan: “Sungguh, telah maju pengetahuan manusia tentang alam, tetapi belum ada orang yang mengetahui hakikat dari adanya hidup itu sendiri. Di mana-mana kita melihat tanda kehidupan di dalam alam. Kemudian, timbullah pertanyaan yang sampai sekarang tidak terjawab oleh ilmu dan tidak pula oleh filsafat, yaitu dari mana sumber hidup itu? Yang menjawab ini hanya agama. Allah-lah sumber hidup!” (Tafsir al-Azhar, Jilid III, h. 529)
Lebih dari itu, Hamka menjelaskan, ketika buah dan biji jadi terbelah; menjulurlah urat tunggang yang halus dari biji yang halus itu ke bumi maka ia pun mulailah tumbuh. Kita misalkan saja tentang tumbuhnya kelapa. Tempurung yang keras membelah dan dari dalam tempurung yang keras itu tumbuhlah sesuatu yang lunak akan hidup. Dari barang lunak yang terkurung dari buah kelapa itu akan tumbuh daun-daun, akan tumbuh urat-urat, akan tumbuh kelak batang yang keras, pelepah, selodang, dan mayang. Perjalanan hidup kelapa mulai dari dalam tempurung sampai berbatang dan berbuah lebat itu, hal ini merupakan misteri kehidupan.
Kita manusia hanya sanggup mengetahui keadaannya, tetapi sebab yang asal adalah gaib. Tambah nyata dilihat, tambah nyata pula gaibnya dan sampai saat ini tidak terpecahkan masalahnya oleh ahli-ahli anatomi mana pun. Dan di sini kita ulangkan sekali lagi bahwa yang nyata ini sekalipun, bila dilihat dengan nyata, bertambah nyatalah gaibnya. Siapa yang mengaturnya dan demikian gaib? Dialah Allah. Tuhanlah pembelah buah dan biji itu sehingga kemudian dia pun hidup.”Dia yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan pengeluar yang mati dari yang hidup.” (Tafsir al-Azhar, Jilid III, h. 528)
Quraish Shihab menambahkan, ayat ini memuat pesan bahwa penciptaan bukanlah satu kebetulan, karena kalau kebetulan ia tidak bersinambung. Yaitu dalam ayat ini berbicara menyangkut yang hidup dari yang mati digunakannya bentuk kata kerja masa kini (يُخْرِجُ), tetapi ketika berbicara menyangkut yang mati dari yang hidup kata yang digunakan bukan kata kerja tetapi kata (مُخْرِجُ).
Satu kalimat yang menggunakan kata kerja (mudhari) kandungannya memuat makna kesinambungan. Sedang kalimat yang menggunakan bentuk kata active participle (ism fa‘il), mengandung makna kemantapan dan konsistensi. Penciptaan dilakukan oleh satu kekuatan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, apalagi ini terjadi dalam dua hal yang bertolak belakang. Siapa yang melakukan hal demikian pastilah Maha Kuasa. Dalam ukuran manusia menciptakan sesuatu dari lawannya adalah hal yang sangat sulit kalau enggan berkata mustahil, tapi Allah melakukan hal itu secara mantap berulang-ulang dan bersinambung. (Tafsir al-Misbah, Jilid IV, h. 209)
Siklus Hidup Tumbuhan
Uraian ilmiah tentang ayat diatas adalah sebagai berikut: semua makhluk hidup atau living organisms, utamanya dari jenis makhluk tingkat tinggi, seperti manusia, hewan ataupun tumbuhan mengalami siklus kehidupan (life cycle).
Jika berbicara tentang tanaman/tumbuhan, maka ayat “Mengeluarkan yang hidup dari yang mati”, mengisyaratkan bahwa tanaman (yang hidup itu) keluar dari biji-biji yang ditanam. Biji-biji ini dapat dianggap sesuatu yang mati. Sebab jika tidak menemukan kondisi yang sesuai, ia tetap merupakan benda mati. Sedangkan “Mengeluarkan yang mati dari yang hidup”, mengisyaratkan bahwa biji-biji (yang mati itu) keluar atau dihasilkan oleh tanaman (yang hidup). Siklus kehidupan organisma merupakan proses metabolisme yang terjadi pada semua makhluk hidup; dan dikendalikan oleh sistem gen yang kompleks. Inilah yang merupakan kekuasaan atau ayat Allah.
Ada hal yang menarik dari ayat tersebut, sebelum perkembangan botani modern, al-Quran telah membedakan penyebutan antara biji-bijian (حب) dan biji/batu (نوى). Secara ilmiah biji-bijian (حب) dianggap sebagai buah yang lengkap seperti semua jenis biji-bijian, jagung, gandum, gandum. Sedangkan batu/biji (نوى) merupakan bagian dari buah seperti biji kurma, persik, anggur dan kacang merah.
Selain itu ayat diatas juga menerangkan hubungan antara proses pemisahan biji-bijian dan benih dan proses mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan yang hidup dari yang mati. Karbohidrat, lemak, mineral protein, garam dan air disimpan dalam biji dan biji-bijian dalam bentuk zat yang mati, ketika zat-zat ini bergerak melalui membran plasma biji-bijian dan sel-sel. Benih dan biji-bijian berubah menjadi sitoplasma hidup dan sel rootlet dan dycoteledon menjadi hidup. (Allah’s Miracles in The Holy Quran h. 236)
Mengambil Hikmah dari Ayat Al-Quran
Ayat ini memberikan pesan agar manusia, khususnya orang mukmin agar senantiasa ingat dan bersyukur pada Allah atas segala nikmat dan anugerah khususnya karunia alam dan pertanian. Dia Swt yang membelah benih dan mengeluarkan darinya tunas hijau yang hidup bertumbuh dan menjadi tanaman, buah-buahan, dan biji-bijian yang darinya makhluk hidup lain memakannya untuk bertahan hidup.
Kemudian ketika makhluk hidup (read: tanaman atau hewan) mati, mikroorganisme dengan cepat menyebabkannya membusuk. Mayat dengan demikian dibagi menjadi molekul organik yang bercampur dengan tanah dan membentuk sumber makanan dasar bagi tanaman, hewan, dan, pada akhirnya, umat manusia.
Jika bukan karena siklus nutrisi ini, kehidupan tidak akan mungkin terjadi. Oleh karenanya daur ini sangat penting dalam mempertahankan dan berkontribusi pada kesejahteraan ekosistem dan manusia.
Baca Juga: Membaca Tafsir Berdasarkan Tema Pokok Al-Quran
*Ditulis oleh: Rasyida Rifa’ati Husna, Mahasantri Ma’had Aly An-Nur II Al-Murtadlo.