Ilustrasi by: crowd of people walking

Oleh: Rara Zarary*

Kata-kata ini tidak punya maksud apa-apa, kecuali ingin sekadar menulis dan mengajakmu berbincang dengan cara berbeda. Sebab barangkali pertemuan tidak bisa selalu kita andalkan untuk cerita-cerita yang seharusnya segera disampaikan, dituntaskan, dan dimengerti walau butuh waktu berulang-ulang.

Aku belum tahu pasti banyak tentang hidupmu, tetapi apapun yang belum kutahu, tidak menjadi penghalang bagiku untuk memaksimalkan waktu yang masih kumiliki mendengarmu sampai ceritamu tuntas, sampai kau tak lagi merasa sendirian menanggung cerita-cerita yang bisa menjadi kenangan tetapi boleh jadi harus dibuang sebelum menjadi museum sakral dalam hidup yang singkat ini.

Kemarin, hari ini, besok, dan entah kapan; aku selalu berharap kau akan hidup lebih baik setiap waktu, untuk dirimu, masa depanmu, dan terutama orang yang kau cintai; keluargamu. Semua dari kita punya masa lalu, tetapi tidak semua orang memilih punya masa depan, aku percaya kau adalah salah satu orang yang memiliki masa depan cemerlang –segelap dan secahaya apa engkau di masa sebelumnya- itu adalah perjalanan yang di dalamnya kau memiliki pilihan.

Meski pilihan itu tak selalu ringan, bahkan bisa jadi sangat beban, tetapi tetaplah menjadi hamba yang percaya bahwa Allah tak akan menguji hambaNya di atas batas kemampuan. Bukan untuk melupakan masa lalu, tetapi ada hal lebih penting dari itu, yaitu hari ini. Hari ini yang akan membentuk beberapa tahun di masa depan, meski hari ini adalah apa yang telah membentuk dirimu dari kemarin.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sekali lagi, aku percaya kau masih punya harapan, cinta, dan semangat yang akan membuat hidupmu terasa berarti dan bermakna; bukan sebaliknya membosankan, penuh kepura-puraan, dan mengutuk keadaan. Seperti bagaimana hari-harimu di mataku, di mata banyak orang; kau adalah manusia yang ringan senyum dan penuh kebahagiaan (kalau pun itu adalah bentuk pengalihan, semoga kepura-puraan itu Tuhan catat sebagai amal baik untukmu membahagiakan dirimu dan orang yang bahagia melihat engkau bahagia –meski tak ada yang tahu persis seremukredam apa hati dan jiwamu- semoga peluk Tuhan tak pernah kau rasa pelik.

Untuk segala yang masih menjadi kenangan kapan saja bisa dilupakan atau diingat-ingat sebagai pelajaran, tak perlu ada pemaksaan mengubur dalam-dalam, sebab kapan pun hujan bisa menumbuhkan ulang.

Biarlah hati bekerja sebagaimana mestinya; tentu ia tahu kapan waktu yang tepat benar-benar melupakan dan menerima kenyataan dg lapang.  kita sama-sama tahu, segala yang pernah ada tak lepas dari skenario tuhan, dan tokoh utama berhak memilih berperan atau menolak -damai dengan keadaan- untuk menyelamatkan hidupmu, bukan orang lain yang telah menghancurkan keyakinanmu atas hidup seindah pelangi yang Tuhan ciptakan.

Hidup selalu bicara tentang keputusan dan pilihan. Dan kita akan selalu dihadapkan pada beberapa hal, dan masih beruntung –daripada orang yang bahkan dalam hidupnya tak pernah punya hak memilih- kita akan memeluk pilihan itu, suka-duka adalah konsekuensi yang perlu kita terima dengan cara berperan sebaik-baiknya sebagai manusia, bukan sebagai orang yang dibentuk oleh persepsi atau ekspektasi orang lain.

Kita tidak pernah tahu takdir akan membawa kita ke mana, bersama siapa, atau bahkan di kota mana kita akan menepi dari perjalanan panjang sebuah pencarian untuk menemukan dan menetap, selama ini. Sejauh ini.

Tetapi apapun itu, dalam harap yang sama tentang kehidupan; kuberharap kau bahagia atas kehidupan yang sedang kau jalani. Memeluk takdirmu sendiri dengan erat, penuh rela, dan lapang dada.

“Kita tak pernah tahu hati dan keputusan mana yang baik untuk kita, namun kita percaya bahwa yang baik adalah apa yang ditakdirkan Allah untuk kita.” Dan aku percaya itu. Takdir baik dan membahagiakan itu akan tiba, untukmu.

Aku mohon (tetap) percayalah pada Tuhan, percayalah pada dirimu; bahwa semua akan kau lalui dengan baik. Sungguh kau pantas bahagia, kau sangat pantas untuk segala kehidupan baik dan selamat dari kutukan masa silam dan ketakutan atau kekhawatiran atas masa depan. Berjanjilah, untuk selalu baik-baik saja. apapun yang telah, sedang, dan akan terjadi nanti.

*Penulis adalah pegiat akun @sabdawaktu