Oleh: Rara Zarary*
Puisi tak cukup berani
mengungkap siapa dirimu dalam diriku
;sampai saat ini.
——-
Tanda Tanya (?)
Kau menyerupai cahaya
menyibak gelap diam-diam di dadaku yang lara
“doamu menembus langit
cintamu memeluk bumi”
tetapi aku gagal mengerti, mengapa begini
dua-tiga-sepuluh kali kutenun bahagia
biar hangat tubuhmu kupeluk dengan doa
tetapi kau tak juga mau menerima
yang kuberi katamu bukan yang kau pinta
kita memorakperandakan kalimat
menjadi tanda seru juga tanda tanya
berlalu lalang ketidakpastian
kita dan nasib bersitegang di hadapan Tuhan
kali ini,
kita tak sekadar asik bermain kata
larut menimang takdir yang tak juga
tahu maunya bagaimana
aku dan kamu
masih diam
dalam banyak tanda tanya (?)
Menikmati Jalanan
Kota ke kota
kata ke kata
kita ke kita
larut menjadi cerita
bahagia juga derita
yang menunggu giliran
untuk sekadar bertanya,
“ada apa sebenarnya?”
Ketika Semua adalah Puisi
Air mata adalah puisi
yang disemat oleh lara pada dada
kematian adalah puisi
sepanjang perjalanan hidup yang begitu sanksi
pagi, malam, juga segalanya adalah puisi
yang menjadi alasan luka dan keindahan memetik diksi
keberadaanmu adalah puisi
yang menjagaku dalam kewarasan yang hampir saja mati
Bumi Tebuireng, 2023.