Islam adalah agama yang sangat mendukung nilai kejujuran. Kejujuran juga menjadi salah satu sifat wajib bagi Rasulullah dalam menyampaikan ajaran Islam sehingga Islam terjamin keasliannya tanpa campur tangan dari Muhammad sebagai pembawa risalah yang dia emban. Kejujuran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah terakui sejak beliau remaja bahkan beliau sampai digelari al-Amin oleh masyarakat Quraisy.
Dalam sebuah cerita di kitab tafsir Marah Labid li Kasyfi Ma’na al-Qur’an Majid karya Syeikh Nawawi al-Bantani/al-Jawi ada seseorang Yahudi yang ingin mengetes kenabian dari sosok Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang Yahudi itu menyodori tiga pertanyaan kepada kaum Quraisy tentang Ashabul Kahfi, Dzu al-Qarnain, dan al-Ruh agar ditanyakan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
روي أن اليهود قالوا لقريش: سلوا محمدا عن أصحاب الكهف. وعن ذي القرنين وعن الروح فإن أجاب عنها جميعا أو سكت فليس بنبي وإن أجاب عن بعض وسكت عن بعض فهو نبي فبين صلّى الله عليه وسلّم لهم القصتين وأبهم شأن الروح وهو مبهم في التوراة وَما أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا فإن عقول الخلق عاجزة عن معرفة حقيقة الروح،
[نووي الجاوي ,مراح لبيد لكشف معنى القرآن المجيد ,1/635]
Diriwayatkan bahwasannya ada seorang Yahudi berkata kepada kaum Quraisy, tanyakanlah kepada Muhammad tentang Ashabul Kahfi, Dzi al-Qornain, dan al-Ruh jikalau dia menjawab semuanya atau diam saja maka dia bukanlah seorang nabi, tetapi jika menjawab sebagiannya dan sebagian lain diam maka dia adalah seorang nabi, selanjutnya nabi menjawab dan menerangkan kepada mereka tentang dua kisah tadi dan menyamarkan penjelasan tentang ruh, dan memang penjelasan tentang ruh juga samar di kitab taurat “sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit” karena sesungguhnya akal dari makhluk itu lemah untuk mengetahi hakikat dari ruh.
Itulah kejujuran dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak mengada-ngada dalam memberikan jawaban kepada orang lain, yang malah akan membuat orang lain itu bingung tentang agama. Beliau jujur apa adanya, kalau tidak tahu ya bilang tidak tahu, jangan malah mengada-ngada, tapi perlu diketahui juga memang yang berhak tahu mengenai masalah ar-Ruh ini hanyalah Allah SWT semata tidak ada yang mengetahui secara detail bagaimana kondisi ruh sejatinya. Karena yang diberikan kepada kita pengetahunnya terbatas mengenai ruh tersebut.
Dari cerita di atas bisa ditarik kesmipulan bahwasannya ajaran agama tauhid sejak dahulu kala itu tersambung dan disempurnakam oleh ajaran Islam yang murni tanpa adanya kontaminasi ajaran apapun. Karena sang pembawa risalah ini adalah orang yang jujur tetapi bukan berarti pembawa risalah sebelum Nabi Muhammad tidaklah jujur, melainkan memang sudah takdir dari Allah kalau agama terdahulu ajarannya akan diakhiri dan disempurnakan oleh agama Islam.
Ditulis oleh Nurdiansyah Fikri Alfani, Santri Tebuireng