Oleh : Umdatul Fadhilah*
“Dan, janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) bersedih hati.” (QS. Ali Imran:39). Telah jelas dikatakan di dalam Al-Qur’an bahwasanya sebagai hamba Allah yang beriman kita tidak boleh bersedih. Konteks bersedih memang banyak, namun kali ini akan membahas tentang kesedihan yang kerap kali dialami oleh wanita.
Wanita ialah makhluk lembut, yang tak bisa sedikitpun hatinya menerima cerca, meski tak dipungkiri dalam kenyataan ada saja yang membuat hatinya tergores. Setiap wanita pun berbeda-beda dalam menanggapinya. Ada yang berusaha menutupi, ada yang suka sekali mengumbar rasa sakitnya, pun ada pula yang berusaha tetap tersenyum meski tengah terluka.
Dalam buku terjemahan Dr. ‘Aidhal-Qarni, “La Tahzan”, bahwasanya bersedih itu tidak diajarkan dan tidak bermanfaat. Maka dari itu, Rasulullah SAW. Senantiasa memohon perlindungan dari Allah agar dijauhkan dari kesedihan.
Jadi, kita memang sebisa mungkin menjauhi dari apa yang membuat kita bersedih. Seperti ada yang menyakitimu, ada yang tidak peduli padamu, ada yang dengan sengaja memanfaatkan posisimu. Janganlah bersedih, hanya luka batin yang nantinya selalu dirasa, memang sulit rasanya untuk bangkit, untuk cuek dan tidak peduli. Tetapi, tak ada salahnya untuk mencoba, karena hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Dalam “La Tahzan” halaman 50 ditulis, “Kesedihan yang terpuji yakni yang dipuji setelah terjadi adalah kesedihan yang disebabkan oleh ketidakmampuan menjalankan suatu ketaatan atau dikarenakan tersungkur dalam jurang kemaksiatan. Dan kesedihan seorang hamba yang disebabkan oleh kesadaran bahwa kedekatan dan ketaatan dirinya kepada Allah sangat kurang.”
Maka, hal itu menandakan bahwa hatinya hidup dan terbuka untuk menerima hidayah dan cahaya-Nya. Kemudian, makna sabda Rasulullah dalam sebuah hadis shahih yang maknanya “Tidaklah seorang mukmin ditimpa sebuah kesedihan, kegundahan dan kerisauan, kecuali Allah pasti akan menghapus sebagian dosa-dosanya.” Jadi, dapat disimpulkan menunjuk bahwa kesedihan, kegundahan dan kerisauan itu merupakan musibah dari Allah yang apabila menimpa seorang hamba, maka hamba tersebut akan diampuni sebagaian dosa-dosanya.
Tetaplah optimis dan memandang kedepan ketika kita merasakan kesedihan. Karena Allah bersama kita.
*Penulis adalah alumni Unhasy, dan alumnus Pesantren Walisongo Cukir Jombang.