Halaqah ke-10 komite khittah NU 1926, di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. (Foto: Aros)

Tebuireng.online— Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) periode 2009-2017, Prof. Rochmat Wahab mengomentari pesan-pesan sesepuh NU yang konsen di gerakan Khittah NU yang sudah lebih dulu wafat seperti KH. Tholhah Hasan dan KH. Hasyim Muzadi.

Prof. Rochmat menyebut bahwa dipanggilnya satu per satu pejuang Khittah NU itu merupakan panggilan bagi ulama dan kiai lain untuk semakin semangat menperjuangkan kembalinya NU kepada relnya.

“Satu persatu pengurus NU dipanggil. Mbah Moen, Kiai Tholhah, Kiai Hasyim Muzadi adalah keterpanggilan kita untuk semakin semangat berjuang,” ungkap Ketua PWNU Yogyakarta periode 2011-2016 itu dalam Halaqah ke-10 Komite Khittah NU 1926 di Hall Ali Maksum Krapyak Yogyakarta pada Rabu (14/8/19).

Mengomentari video Kiai Tholhah, yang menyebutkan bahwa NU tidak kemana-kemana tetapi ada di mana-mana, guru besar ilmu pendidikan UNY itu menyebut bahwa NU itu sangat luas cakupan garapannya, tidak hanya soal politik, apalagi diwadahi oleh parpol tertentu, bahkan disetir oleh satu parpol.

“Khittah NU tidak ingin membenturkan kultural dan struktural, tapi menjadi pengingat bersama untuk menegakkan Khittah NU yang sekarang ini tidak taat asas AD ART padahal memiliki basis yang besar,” jelasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kiai Hasyim Muzadi dalam pesan di video yang diputar dalam acara tersebut, NU harus mengacu pada Mabadi khoiril ummah yang fokus pada kepentingan umat, seperti pendidikan, kesehatan ekonomi, dan pertanian.

Untuk itu dalam mengikuti jalannnya Komite Khittah NU, tidak boleh ada bagian hati yang tersinggung.

“Kita itu, bukan menyudutkan seseorang tapi mencari solusi. Yang punya NU pesantren. Kultur harus NU diwujudkan dengan baik dengan musyawarah. Maka perlu diadakan musyawarah pengasuh pesantren nasional,” tambahnya.

Siapapun yang mendengar pesan Kiai Tholhah dan Kiai Hasyim, tidak tergerak untuk ikut berjuang, itu berarti sedang bermasalah.

Di akhir pemaparannya, Prof. Rochmat kembali menegaskan bahwa kehilangan tokoh ril, ulama-ulama lain harus merasa tepanggil dan merapatkan diri bersama-sama menyelamatkan NU agar tidak disetir oleh pihak politik praktis.

Pewarta: Abror Rosyidin

Publisher: RZ