Focus Group Discussion ini akan berlangsung selama 3 hari, membahas terkait 150 tahun Pesantren Tebuireng. (foto: amir)

Tebuireng.online— Pesantren Tebuireng dan Universitas Airlangga berkolaborasi menggelar Focus Group Discussion dengan tema “Transformasi Pesantren Tebuireng menuju 150 tahun dan menuju Indonesia Emas” yang telah dilaksanakan di Aula Yusuf Hasyim lantai 1, pada Sabtu (17/6/2023).

“Ini perjalanan yang cukup panjang, karena memulai pembicaraan Tebuireng ke depannya harus seperti apa, pertanyaan ini kita sedang diskusikan dan akhirnya pada hari ini sama-sama kita mencoba sharing pemikiran-pemikirannya,” ungkap Gus Kikin dalam forum diskusi itu.

“Untuk itu mudah-mudahan bisa menghasilkan satu konklusi maupun kesimpulan untuk bisa membawa tebuireng menjadi yang bermanfaat fi addini wa addunya wal akhirah” lanjut Pengasuh Pesantren Tebuireng itu.

Pada kesempatan itu, Prof. Badri Munir juga angkat bicara. Dalam forum itu pihaknya sebagai bagian dari pimpinan Pascasarjana Unair, mengucapkan terima kasih telah dilibatkan dan diberi kepercayaan mengikuti forum itu.

“Tentunya kami sebagai pimpinan pascasarjana Unair menyampaikan terima kasih kepada pengasuh dan para stakeholdernya telah memberikan kepercayaan kepada untuk kami membersamai proses atas formasi ini” ungkap Prof. Badri Munir.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di waktu yang sama, Prof. Bambang Tjahjadi juga menjelaskan bahwa untuk bertransformasi kita tidak bisa sendiri-sendiri. Menurutnya harus ada kerja sama antar pihak.

“Dalam bertransformasi kita tidak bisa sendiri harus bersama-sama dengan stake holdernya, dan tebuireng harus mempunyai keunikan yang tidak dimiliki pesantren lainnya serta menguatkan branding kita sebagai pewaris ajaran Kh Hasyim Asy’ari,” jelasnya.

Hal itu disambut baik oleh KH. Lukman Saifuddin. Menurutnya, “ketika mau melakukan perubahan tentu perubahan yang lebih baik, yang perlu di cermati yaitu menjaga serta memelihara nilai-nilai baik yang diwariskan oleh pendahulu kita, itu aja dulu.”

Bagi Kiai Lukman, lingkungan strategis dan ekosistem kita tantangannya semakin kompleks maka lembaga pendidikan seperti tebuireng pendekatan yang harus dilakukan sebagai strategi dan upaya menjalankan visi dan meraih misinya itu adalah menyebarkan cara pandang sikap dan praktik beragama yang moderat (yang memanusiakan manusia dan membangun kemaslahatan bersama).

Prof. Nur Kholis juga menyampaikan opsi bahwa, “Tebuireng sebagai salah satu sumber pengetahuan keislaman, kiranya perlu ada satu jejaring yang pola dari kajian-kajiannya itu lebih ke tematik karena lebih mudah dikonsumsi masyarakat sekarang.”

Pernyataan yang juga perlu diperhatikan datang dari Dr. Glory Islamic, “di Pesantren Tebuireng kita punya Gus Dur punya Mbah Hasyim bahwa pahlawan nasional dan satu presiden, tapi justru Tebuireng tidak seterkenal beliau-beliau ini, tidak ada yang salah. Namun, itu akan menjadi branding yang jauh lebih hebat,” ungkapnya.

Untuk diketahui, kegiatan yang direncanakan akan berlangsung selama tiga hari tersebut, Sabtu dan Ahad di Jombang, dan Senin di Surabaya itu dihadiri oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng yaitu KH. Abdul Hakim Mahfudz, para Narasumber: Prof Badri Munir Sukoco (Direktur Pascasarjana Unair), Prof Bambang Tjahjadi, dan Pemateri: KH. Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama periode 2014-2019), Prof Nur Kholis Setiawan, Dr. Glory Islamic, dan para dzurriyah pesantren tebuireng seperti: KH. Abdul Hadi (Gus Didik), KH. Kholiq Tsani (Gus Aing), KH. Dr. Umar Wahid, KH. Abdul Haq (Gus Iqbal), Nyai Hj Lelly Lailiyah, Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid, Dewan Masayikh Tebuireng, dan Pimpinan seluruh unit di Pesantren Tebuireng.

Pewarta: Bagus