#CerpenReligi , Titip Rindu Untuk Ayah
sumber gambar: azun.com

Oleh: Albii*

Di Tepi Pantai Bersama Ayah

Ayah, kini kita kembali ke tepi pantai
katamu, laut selalu mengajarkan keluasan hati
kedalaman syukur dan kelapangan cinta

di atas pasir yang masih tak selesai berdialog itu
kau tunjukkan warna jingga
selain abu-abu yang pernah kau beri padaku dulu

dalam bisingnya debur ombak
kau bilang,
“kuatlah nak. sebab hidup terlalu keras untuk manusia lemah”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

kau menatapku dalam
di matamu aku melihat sejarah berkeliaran
air mataku bicara
dan kau bilang kita akan terus baik-baik saja

ayah,
hari ini telah selesai
dan kita akan pulang,

“nanti, tetaplah begini.
menjadikan aku peri di hatimu tanpa batas waktu.”

————————

Semesta dan Seribu Tanda Tanya

Alam bersahabat
langit cerah, angin sejuk dan
matahari tak pernah gagal memberi kehangatan

di tepi pantai, sore itu
kupandang jauh ombak bersahutan
bicara yang tak dimengerti manusia
tetapi semesta selalu berhasil menjawab tanda tanya

kupejamkan mataku
kubiarkan nafasku berburu dengan kenang
yang begitu lelah kuulang untuk dilupakan

kubiarkan terlentang tanganku
menikmati desir angin yang berembus
dan aku merasakan ketenangan

di tepi laut yang pasirnya tak bisa kuhitung satu-satu
kulepas segala gundah
kuterbangkan segenap gelisah
kubiarkan segala tertinggal di sana

di tepi pantai
yang tak kan pernah kehabisan muara

—————————————

Di antara Laut dan Langit

Laut dan langit
berhadapan
walau tak juga menyatu;

bukankah pertemuan mereka adalah akhir segala?
“dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (surah al Furqan ayat 53)

lalu,
masihkah kita bertanya banyak
mengapa ada yang sengaja dipertemukan
juga tak jua disatukan?

takdir telah menulis segalanya
dan kita hanya perlu menerima
berlapang dada.

*Mahasiswa KPI Unhasy Tebuireng.