ilustrasi: tebuirengonline

Oleh: Muzdalivah*

Sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, pondok pesantren telah mengalami perubahan yang signifikan, hal itu juga seiring dengan perkembangan teknologi. Salah satu perubahan penting yang terjadi adalah penggunaan media sosial sebagai alat komunikasi dan informasi di pondok pesantren. Di era digital ini, media sosial telah menjadi sarana yang efektif bagi para santri untuk berkomunikasi, mendapatkan dan menyebarkan informasi, serta berbagi aktivitas lain.

Seiring dengan keterjangkauan internet di seluruh dunia, termasuk di wilayah-wilayah pedesaan, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan, termasuk para santri di pondok pesantren. Dalam konteks ini, media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Tiktok telah menjadi platform yang digunakan secara luas untuk berkomunikasi antara sesama santri, pengurus pondok pesantren, dan masyarakat luas.

Penggunaan media sosial tentu tak lepas dari sisi kebermanfaatannya. Salah satu manfaat utama penggunaan media sosial di pondok pesantren adalah memudahkan komunikasi antara santri dengan keluarga. Sebelum adanya media sosial, komunikasi antara santri dan keluarga hanya terbatas pada surat atau telepon. Namun, dengan adanya media sosial, santri dapat dengan mudah berbagi kabar, foto, dan video dengan keluarga mereka melalui platform seperti WhatsApp atau Instagram.

Selain itu, media sosial juga menjadi sumber informasi yang penting bagi para santri di pondok pesantren. Mereka dapat mengikuti akun-akun pendidikan Islam, ulama terkenal, atau lembaga-lembaga Islam yang memberikan pemahaman agama yang lebih dalam. Santri juga dapat mengakses berita-berita terkini tentang Islam dan dunia secara umum melalui media sosial. Dengan demikian, media sosial membantu meningkatkan wawasan dan pengetahuan keagamaan para santri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tidak hanya itu, media sosial juga telah menjadi platform yang digunakan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara para santri. Mereka dapat saling bertukar informasi, belajar bersama, atau bahkan membentuk grup studi secara online. Diskusi-diskusi keagamaan pun dapat terjadi melalui media sosial, memungkinkan santri untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang ajaran Islam.

Namun, penggunaan media sosial di pondok pesantren juga memiliki tantangan dan risiko. Salah satunya adalah risiko penggunaan yang tidak tepat atau penyebaran konten yang tidak layak. Untuk mengatasi hal ini, pengurus pondok pesantren perlu memberikan pemahaman dan pembinaan kepada para santri tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab. Mereka harus diajarkan tentang etika bermedia sosial, menjaga privasi, dan menghindari penyebaran berita palsu.

Berikut adalah beberapa solusi untuk penggunaan media sosial yang sehat dan bertanggung jawab:

Batasi waktu: tetapkan batasan waktu harian untuk menggunakan media sosial. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di platform tersebut dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan mental. Gunakan fitur pengingat waktu atau aplikasi pihak ketiga untuk membantu mengontrol penggunaan media sosial.

Pilih platform yang membawa manfaat dan positif: pilih platform media sosial yang sesuai dengan minat dan tujuan misalnya, jika tertarik pada pembelajaran, bergabunglah dengan grup atau komunitas yang fokus pada topik tersebut. Hindari platform yang hanya menampilkan konten negatif atau menghabiskan waktu tanpa manfaat.

Curate konten yang dikonsumsi: jaga lingkungan media sosial dengan menyaring konten yang dikonsumsi. Unfollow atau mute akun yang sering memposting konten yang merugikan atau tidak relevan. Pilihlah untuk mengikuti akun yang memberikan inspirasi, motivasi, dan edukasi positif.

Bersikaplah bijaksana: sebelum membagikan konten atau komentar, pertimbangkan dampaknya dan pastikan informasi yang dibagikan akurat dan bermanfaat. Hindari menyebarkan berita palsu atau konten yang dapat menimbulkan konflik atau kerugian.

Jaga privasi: periksa pengaturan privasi secara teratur dan pastikan bahwa informasi pribadi hanya terlihat oleh orang-orang yang dipercayai. Hindari mengungkapkan informasi pribadi yang sensitif secara terbuka di media sosial.

Berinteraksi dengan positif: gunakan media sosial sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang-orang yang positif dan berbagi minat yang sama. Jalin hubungan dengan orang-orang yang membangun, dukung satu sama lain, dan hindari konfrontasi yang tidak perlu.

Tetapkan waktu yang tepat: hindari menggunakan media sosial yang seharusnya fokus pada tugas penting, seperti saat bekerja, belajar, atau berkumpul dengan keluarga dan teman secara langsung. Jadwalkan waktu yang tepat untuk menggunakan media sosial, dan berikan perhatian penuh untuk kegiatan lainnya.

Istirahat dari media sosial: jika merasa kelelahan atau terlalu bergantung pada media sosial, beri jeda istirahat. Lakukan digital detox, misalnya dengan menghindari media sosial selama satu hari atau lebih. Gunakan waktu ini untuk melakukan aktivitas lain yang memberikan kebahagiaan dan keseimbangan.

Ingatlah bahwa penggunaan media sosial yang sehat adalah tentang kesadaran diri, pengelolaan waktu, dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Mari cerdas bermedia sosial.

*Mahasiswa KPI Unhasy.