kebutuhan umat terhadap ulama
ilustrasi guru sedang mengajar murid

Sebagai seorang murid sudah seharusnya menaati semua perintah guru. Seorang murid harus bisa merawat hubungan rohaninya dengan gurunya, murid harus bisa menjaga perasaan ketersinggungan seorang guru. Seorang murid tidak boleh membicarakan kejelekan seorang guru sedikit pun. Hal ini sebagaimana dawuh KH. Abdul Karim (Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo):

Jangan pernah menggunjing (membicarakan) guru meskipun berbuat salah. Paksalah dirimu bersikap dan berakhlak sebaik mungkin kepada guru, walaupun hal tersebut dirasa berat.”

Seorang murid harus berpura-pura buta ketika melihat guru berbuat salah, dan berpura-pura tuli ketika mendapatkan kabar tentang aib guru. Hal ini bertujuan agar murid tidak membicarakan aib guru sedikit pun. Imam Nawawi juga berusaha agar tidak membicarakan aib guru, seorang yang tidak tahu tentang aib maka tidak akan pernah membicarakan.

Dinukil dari kitab Lawaqihul anwar al-qudsiyyah hal 155 karya syaikh Abd Wahab Asy-Sya’rani, kiat Imam Nawawi agar tidak melihat aib gurunya, sebelum belajar ia bersedekah, lalu membaca doa berikut :

اللهم استر عني عيب معلمي حتي لا تقع عيني له على نقيصة ولا يبلغني ذلك عنه أحد

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Allahummastur ‘anni ‘aiba mu’allimi hatta la taqo’a ‘aini lahu ‘ala naqishotin wa la yuballighni dzalika ‘anhu ahad

Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorang pun yang menyampaikan kekurangan guruku kepadaku.”

Perantara bagi seorang murid agar bisa mendapatkan berkah ilmu guru ialah dengan tidak membicarakan kekurangan-kekurangan guru, taat kepada guru dan bisa menjaga perasaan guru. Apabila seseorang masih sering mendengar atau melihat kekurangan guru, orang tersebut bisa mencoba mempraktikkan cara Imam Nawawi di atas (bersedekah dan membaca doa).

Baca Juga: 7 Nasihat Mbah Hasyim tentang Adab Guru kepada Murid-muridnya (Bagian 1)

Ditulis oleh Almara Sukma, alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari