Oleh: Mohamad Anang Firdaus*
Kapan hari, saya ngobrol dengan Haji Syafi’i, salah seorang murid Kiai Adlan Aly. Setelah membuka obrolan seputar Tebuireng zaman old, akhirnya beliau sudi membagi pengalamannya tatkala mulai nyantri ke Kiai Adlan.
Sebagaimana lumrahnya santri, Haji Syafi’i yang hendak setoran hafalan ke Kiai Adlan Aly juga melakukan sowan, berpamitan minta izin ke Kiai Adlan Aly. Seperti biasa, Kiai Adlan Aly selalu menanyakan keyakinan dan komitmen si santri untuk bisa istiqamah setoran. “Sampun yakin nopo? (Apa sudah yakin?)”. Si santri langsung saja mengiyakan.
Haji Syafi’i bercerita, Kiai Adlan menasihati dirinya yang ingin menghafal Al-Quran, juga memberikan tips-tips agar diberikan kemudahan. “Yang penting di kala hendak menghafal Al-Quran, hatinya ditata, jangan terlalu memikirkan urusan duniawi, agar bisa mudah hafal al-Quran”. Kenang Haji Syafi’i.
Apa yang disampaikan Kiai Adlan ini ternyata bersumber dari dawuh sang guru, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Nasihat bagi penghafal al-Qur’an itu merupakan 2 poin urutan teratas dari adab pribadi seorang murid. (Yang intinya) Pertama, santri harus senantiasa mensucikan hatinya dari segala kotoran hati dan jeleknya perangai agar bisa mendapatkan ilmu dan menjaganya/menghafalnya (أن يطهر قلبه من كل غش ودنس). Kedua, santri harus meniatkan belajarnya hanya karena Allah ta’ala. Bukan untuk tujuan duniawi dengan segala bentuknya. (أن يحسن النية في طلب العلم بأن يقصد وجه الله عز وجل)
Selain itu, Kiai Adlan juga memberikan ijazah doa khusus hafalan (du’a lil hifdzi). Sayangnya beliau mengaku lupa doanya. Namun dalam catatan ayah saya, doa khusus hafalan tersebut ternyata adalah shalawat ridha, seperti berikut:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَكُونُ لَكَ رِضَاءً وَلِحَقِّهِ أَدَاءً
“Ya Allah, limpahkalah rahmat kepada Nabi Muhammad, rahmat yang menjadi keridaan bagimu dan penunaian hak baginya.”
Doa ini didapatkan Kiai Adlan Aly dari Kiai Jazuli Abdul Kabir Tengginah Pamekasan Madura, seorang ulama tasawuf yang dikenal dengan ilmu dan karamahnya. Doa tersebut ternyata juga termaktub dalam bacaan-bacaan dzikir Dalail al-Khairat.
Wal hasil, apa yang dilakukan Kiai Adlan Aly ini mungkin patut untuk kita resapi bersama. Bahwa di awal kesempatannya, seorang guru hendaknya bisa menjadi motivator ulung bagi sang murid. Diberi arahan dan modal spiritual agar di murid dapat menjadikannya sebagai guideline hingga berhasil sampai pada tujuan belajar.
KH. Amir Jamiluddin pernah memberikan ilustrasi yang bagus soal ini. Mengapa Kiai Hasyim Asy’ari menuliskan adab pribadi seorang santri yang pertama adalah أن يطهر قلبه, mensucikan hati. Ibarat flashdisk, ia harus bersih dulu dari segala macam bentuk virus (nafsu duniawi), sehingga mampu menampung segala macam file yang ditransfer ke dalam flashdisk. Jika flashdisk sudah terjangkit virus, maka apapun jenis file yang dipindahkan, pasti akan rusak, tidak bisa dibuka (tidak futuh). Dan jika dibiarkan, flashdisk bervirus ini juga akan menjangkiti device lain jika dicolokkan. Bisa komputer, laptop, dan lain-lain. Fa dlallu wa adlallu.
Wallahu A’lam.
Baca Juga: Ijazah Doa KH. Adlan Aly untuk Para Penuntut Ilmu
*Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari