sumber ilustrasi: www.google.com

Oleh: Yuniar Indra*

Akhir-akhir ini redaksi Covid-19 atau Corona sering disebut. Entah kata tersebut sudah direkam atau belum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Setidaknya, berbagai tanggapan baik positif maupun negatif telah banyak dilontarkan oleh berbagai pihak. Ada yang mencaci negara kelahiran Covid-19, tak sedikit juga orang-orang akademik bersyukur atau malah kewalahan dengan kegiatan belajar mengajar di-online-kan.

Covid-19 merupakan sebutan yang disandarkan pada virus penyebab pneumonia, yang saat ini terlanjur menjadi pandemi di seluruh belahan dunia. Makhluk semi aktif itu menjangkit ratusan ribu manusia tanpa pandang bulu. Covid-19 tak peduli apakah sasarannya seorang konglomerat, pedagang kaki lima, atau pejabat? Bahkan dokter pun tak luput dari wabah ini. Sebab virus satu ini tidak mudah untuk disuap, seperti lazimnya koruptor melancarkan aksinya. Atau pun menghilang akibat dibacakan ayat kursi, sebagaimana praktik rukyah.

Di Indonesi, pengidap pneumonia akibat Corona hingga kini sudah tercatat mencapai 579 jiwa[1]. Artinya, hingga hari ini rata-rata 21 penduduk terjangkit tiap harinya. Dampaknya, lambat laun kesehatan masyarakat Indonesia semakin terancam. Tak hanya itu, ekonominya juga semakin terpuruk. Nilai tukar rupiah menurun hingga angka Rp.16.608 per US Dolar[2]. Yang sebelumnya stabil di kisaran angka Rp.14.000 per US Dolar. Selain itu, psikis penduduknya pasti terluka, atas keadaan seperti ini.

Akan tetapi, melalui keadaan seperti ini, sebuah keluarga memiliki waktu bersama lebih. Masyarakat sadar akan kebersihan diri. Beberapa operator bersedekah kuota internet untuk akses media pendidikan daring. Lebih-lebih lantunan doa-doa penangkal wabah tak hentinya dikumandangkan kencang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bagi seorang muslim harusnya merasa biasa saja. Karena semua hal adalah datang dari Allah.

مَاۤ أَصَابَ مِن مُّصِیبَةࣲ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِیۤ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِی كِتَـٰبࣲ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَاۤۚ إِنَّ ذَ ٰ⁠لِكَ عَلَى ٱللَّهِ یَسِیرٌ

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.”  (QS. Al-Hadid:22)

 (قَدَّرَ اللَّهُ الْمَقَادِيرَ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ) . وَرَوَاهُ مُسْلِمٌ

“Allah sudah menggariskan takdir-takdirnya lima ribu tahun jauh sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim)

Lalu mengapa kita harus bersikap tenang? Allah menjawab:

لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلى مَا فاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِما آتاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتالٍ فَخُورٍ

“Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid: 23)

Ayat tersebut merupakan kode kepada kita bahwa Allah ingin menunjukkan beberapa hal;

أَعْلَمْنَاكُمْ بِتَقَدُّمِ عِلْمِنَا وَسَبْقِ كِتَابَتِنَا لِلْأَشْيَاءِ قَبْلَ كَوْنِهَا، وَتَقْدِيرِنَا الْكَائِنَاتِ قَبْلَ وُجُودِهَا، لِتَعْلَمُوا أَنَّ مَا أَصَابَكُمْ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكُمْ وَمَا أَخْطَأَكُمْ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكُمْ[3

“Pertama, Allah ingin memberitahu kita atas telah digaris dan tuliskannya segala yang terjadi. Kedua, Allah pasti mempunyai kuasa atas segala rencananya. Ketiga, sesuatu yang menimpa kita tidak keliru dan tertukar.”

Maka dari itu jangan sampai kita terlalu berlarut sedih dalam musibah Covid-19 ini.

فَلَا تَأْسَوْا على ما فاتكم لأنه لَوْ قُدِّرَ شَيْءٌ لَكَانَ (ابن كثير: ٥٩/٨

“Jangan berduka keterlaluan atas kepergian sesuatu karena jika sudah ditakdirkan pasti terjadi.” (Ibnu Katsir: 59/8)

Kemudian jangan sampai kita sombong atas kekuatan imunitas tubuh kita yang mampu menahan virus ini. Sebab itu juga pemberian Allah.

وَلا تَفْرَحُوا بِما آتاكُمْ أي جاءكم، وتفسير آتاكُمْ أي أعطاكم وكلاهما متلازم أَيْ لَا تَفْخَرُوا عَلَى النَّاسِ بِمَا أَنْعَمَ اللَّهُ بِهِ عَلَيْكُمْ، فَإِنَّ ذَلِكَ لَيْسَ بِسَعْيِكُمْ وَلَا كَدِّكُمْ، وَإِنَّمَا هُوَ عَنْ قَدَرِ اللَّهِ وَرِزْقِهِ لَكُمْ فَلَا تَتَّخِذُوا نِعَمَ اللَّهِ أَشَرًا وَبَطَرًا تَفْخَرُونَ بِهَا عَلَى النَّاسِ (ابن كثير: ٥٩/٨

“Dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang datang kepadamu. Tafsir lafaz ātākum yakni sesuatu yang diberikan Allah. Maksudnya  jangan sampai kalian sombong atas nikmat pemberian-Nya. Sebab semuanya itu bukan usaha dan kerja keras kalian, tapi takdir dan rezeki yang dilimpahkan kepada kalian. Maka dari itu tidak pantas kalian menyombongkan pemberian itu kepada manusia lain.” (Ibnu Katsir: 8/59)

Lalu bagaimana muslim menyikapi keadaan ini. Ketika semua ikhtiar sudah dilakukan. Mulai dari social distancing hingga perawatan medis. Sudah saatnya kita bertawakal kepada Allah. Karena Allah kangen dengan kesabaran kita.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Allah menguji kalian dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, nyawa, dan hasil panen. Beritakanlah kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)

Allah juga rindu dengan salat dan sujud kita,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون

“Wahai orang beriman rukuklah, sujudlah dan sembahlah tuhan kalian. Serta berbuatlah yang baik niscaya kalian akan gembira.” (QS Al-Hajj: 77)

Allah ingin kita menyukuri nikmat yang telah kita dapatkan,

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُلُوا۟ مِن طَیِّبَـٰتِ مَا رَزَقۡنَـٰكُمۡ وَٱشۡكُرُوا۟ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِیَّاهُ تَعۡبُدُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah: 172]

Itulah beberapa kode Allah menurut kepekaan penulis. Kode tetaplah kode, kita harus peka terhadap ketentuan-Nya. Penulis mengharapkan Covid-19 ini menjadi jalan takut kita kepada Allah, bukan takut pada kematian.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.

[1] https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/.co.id, diakses 24 Maret 2020.

[2] https://www.bi.go.id/en/Default.aspx, diakses 24 Maret 2020.

[3] ابن كثير، تفسير ابن كثير ط العلمية، ٥٩/٨